61

713 70 140
                                    

Hari berikutnya, Rara kembali di buat khawatir. Fani izin tidak masuk sekolah lagi. Kata sopir yang mengantar surat izinnya ke sekolah, Fani sakit lagi. Rara berulang kali mencoba menghubungi gadis itu, tapi ponselnya selalu tidak aktif. Rara juga sudah menelepon ke rumah Fani dan Bibi ART'nya mengatakan Fani sedang istirahat.

Rara juga di buat kaget saat melihat Faldo masuk dengan wajah yang penuh lebam. Rara dan Bima sudah menanyakan penyebab wajahnya babak belur. Tapi Faldo hanya menjawab kalau dia tidak apa-apa. Rara juga berusaha bertanya ini itu, tapi cowok itu hanya menjawab kalau dia akan memberitahu Rara nanti. Faldo bilang dia akan menyelesaikan mengurus beberapa hal dulu.

Sampai hari ketiga Fani tidak masuk, Rara masih belum juga bisa menghubungi Fani. Saat Rara menelepon rumahnya kembali, Rara dapat info dari Bibi kalau Fani masih belum tampak keluar kamar.

"Fani sakit apa ya, Kak? Aku pengen ke sana, tapi Bibi bilang gak perlu. Bibi bilang itu pesan dari Fani, dia belum pengen dikunjungi," keluh Rara.

Saat ini mereka sedang menonton tv di kamar setelah makan selepas maghrib tadi.

"Mungkin penyakitnya sejenis penyakit yang bisa nular jadi dia gak pengen di jenguk. Berpikir positif aja, Yang..... biar kamu gak terlalu khawatir," ucap Al.

"Minggu depan kita udah mau ujian, Fani udah bisa ikut belum ya?" ucap Rara.

"Doa'in yang terbaik buat Fani ya..... juga buat Faldo. Belakangan ini dia juga gak kayak biasanya," balas Al.

"Abang lagi nyelesaiin urusan dia katanya, kalo udah selesai..... dia bakal cerita nanti," ucap Rara.

Mereka lalu fokus menonton tv. Mereka duduk bersebelahan di atas karpet bulu, dengan punggung yang bersandar pada tepian sofa.

"Ra," panggil Al.

"Hmm," sahut Rara sambil menoleh dengan wajah sedikit mendongak.

Al dengan jailnya mendaratkan kecupan di kening Rara. "Kapan kamu siap?"

"Siap buat apa?" tanya balik Rara.

"Belah duren," jawab Al santai.

Rara sontak mencubit kencang pinggang sang suami. Dan cowok itu pun hanya bisa mengaduh kesakitan. Dia menampilkan cengiran lebarnya saat mendapati tatapan horor gadisnya.

"Belajar dulu yang bener biar lulus dengan nilai bagus. Terus kuliah dulu yang be-.........." ucap Rara yang kemudian lebih dulu dipotong Al.

"Itu kelamaan, Raaaaa," ucap Al.

"Gak lama, Kak," balas Ra.

"Lama," sahut Al.

"Gak," balas Rara.

"Terserah," sahut Al akhirnya.

Cowok itu lalu memfokuskan pandangannya ke layar tv. Bibirnya tampak manyum dengan raut wajah berubah masam. Rara menghela napas pelan. Tangannya lalu terulur untuk menyentuh rahang tegas sang suami.

"Kenapa?" tanya Rara.

Al melirik Rara kesal. "Kalo gak mau ya udah, gak usah banyak nanya."

"Orang lain bahkan belum tau soal status kita," ucap Rara.

"Abis ketrima di Universitas, pokoknya kita segera bikin resepsi. Biar temen-temen cowok baru kamu nanti di kampus gak ngira kalo kamu masih single," tutur Al.

"Yakin kamu siap buat gak punya fans cewek kalo mereka tau kamu udah nikah?" tanya Rara sambil terkekeh pelan.

"Siapa juga yang butuh mereka?!" sahut Al.

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang