47

709 70 600
                                    

"Faldo hari ini izin gak masuk, kenapa ya kira-kira?" tanya Fani.

Fani, Rara dan Bima sedang makan di kantin sekarang. Minus Faldo, karena cowok itu masih belum mau keluar dari kamarnya. Setahu Rara begitu saat Rara menelepon Mami Faldo tadi pagi.

"Dia kurang enak badan, mungkin kecapekan. Kemarin ada kerabatnya yang meninggal," jawab Rara.

"Oh, iya..... loe kan kemarin pergi sama dia ya," sahut Bima.

Rara mengangguk. "Gue ikut nemenin dia sama keluarganya sampe selesai acara pemakaman."

Bima mengeluarkan ponselnya lalu coba menghubungi Faldo. Berulang kali mencoba tapi panggilannya tak juga di jawab.

"Mungkin dia lagi tidur, Bim," ucap Fani.

Bima mengangkat kedua bahunya lalu menyimpan ponselnya kembali. Netranya kemudian menangkap sosok cowok yang berjalan ke arah meja mereka.

"Ra," sapa Al sambil memegang puncak kepala Rara.

"Wa'alaikum salam," sahut Rara tanpa menoleh. Dia sudah hafal dengan suara yang memanggilnya tersebut.

Al mengacak rambut Rara, lalu duduk di sebelah gadisnya. "Eh, Bim..... loe kemarin boong'in gue ya."

Fani tertawa kecil mendengarnya. "Loe percaya omongan Bima kemarin, Al?..... Emang enak di boong'in." Lalu Fani kembali tertawa.

"Sialan loe," sahut Al, yang kemudian mendapat tatapan horor dari Rara karena sudah mengumpat sahabatnya. "Bercanda doang, Yang." Al memberikan senyum manisnya pada Rara. Al lalu mengambil es teh Rara lalu menyedotnya sedikit.

"Berarti loe kemarin langsung nelpon Rara ya?" tanya Bima pada Al.

"Gak di angkat tapi," jawab Al.

Fani kembali tertawa. "Ini nih yang namanya karma. Loe dulu sering mainin cewek..... sekarang rasain loe jadi bucin."

"Bacot," balas Al menatap Fani.

"Kakak!" peringat Rara.

Al segera mengambil garpu dari tangan Rara, lalu menancapkannya ke bakso yang ada di mangkok Rara. Al kemudian menyuapkan bakso itu masuk ke mulut Rara. "Udah makan aja! Gak usah marah-marah mulu, ntar kamu cepet keriput loh."

Fani dan Bima saling memandang. Lalu sesaat kemudian terdengar suara tawa mereka berdua.

"Loe bener, Fan..... playboy'nya Taruna udah jadi bucin sekarang," ucap Bima di sela-sela tawanya.

"Bucin parahhh..... Sejak kapan lidah loe bisa ngomong "aku-kamu" gitu sama cewek, Al?" ledek Fani sambil terus tetap tertawa.

Al menatap mereka jengah sambil menghela napas. "Temen-temen kamu rese', Ra. Jangan kebanyakan gaul sama mereka."

"Ehh, bucin! Sebelum jadi pacar loe, nih cewek cantik satu udah lebih dulu temenan sama kita ya," ucap Fani mendelik pada Al.

"Tau nih. Baru juga jadi pacar Rara, udah ngatur-ngatur aja dia. Mending pikirin lagi deh, Ra buat lanjut sama dia. Ntar loe di kekang, gak boleh ini gak boleh itu..... tapi dia'nya sendiri gak tau di belakang loe ngapain aja," imbuh Bima.

"Kompor loe!" sahut Al. Lalu dia menyedot es teh Rara lagi. "Kalian gak tau apa-apa, mending gak usah banyak bacot ya."

"Apa yang kita gak tau?..... Gak tau kalo loe emang masih jadi playboy di belakang Rara?" ucap Bima malas.

Al ingin menyahut, tapi Rara segera bertanya pada cowok itu. "Ada apa kemari, Kak?"

"Ntar sepulang sekolah aku ada rapat sama anak-anak tim basket, jadi gak bisa nganterin kamu pulang," ucap Al.

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang