4

1.1K 260 201
                                    

Sekolah mulai sepi karena bel pulang sudah berbunyi dua puluh menit yang lalu. Rara sengaja melambatkan dirinya keluar dari kelas. Dia memakai masker dan berjalan sambil menunduk menuju ke samping perpus, tempat mobil Al terparkir. Rara langsung membuka pintu depan samping kemudi, lalu masuk dan segera menutup kembali pintunya.

"Santai aja kali, loe udah pake masker ini," protes Al.

Rara menarik turun masker yang menutup sebagian wajahnya sambil menampilkan cengirannya. "Jaga-jaga aja."

"Gue tau di sini sepi, Ra. Siapa juga yang mau markirin mobil jauh-jauh ke dalem sini, jauh dari area parkir, jauh dari ruang kelas," jelas Al.

"Iya sih," sahut Rara disertai kekehan kecil.

Al segera menyalakan mesin mobil dan melaju keluar dari area sekolah. Tidak ada obrolan lagi setelah mereka melaju di jalanan. Al fokus menyetir, menatap jalanan di depannya. Rara sempat melirik Al sekilas, mengamati penampilan cowok di sebelahnya itu, seragam yang tak lagi terpasang dasi dan kancingnya sudah dibuka semua, menampakkan kaos putih polos di balik kemeja seragamnya. Al juga tampak memakai topi bertuliskan "BAD BOY" di bagian depan.

"Ehh..... kok masuk area mall?" tanya Rara.

"Emang kita mau kesini," jawab Al santai sambil mematikan mesin mobil.

"Mama ngajak ketemuan di sini?" tanya Rara masih penasaran.

Al membuka sabuk pengamannya. "Udah, turun aja!"

"Ehh..... tunggu bentar, Al," ucap Rara. Lalu dia mengambil masker baru dari dalam tasnya. "Nih pake dulu."

"Dihh..... ogah gue! Yang bener aja? Loe aja yang pake," protes Al. Lalu cowok itu menyampir tas ranselnya ke bahu kirinya dan keluar dari mobil.

Rara hanya menghela napas, lalu membenarkan maskernya. Kemudian dia mengambil ponsel dari dalam tas sekolahnya dan keluar tanpa membawa tasnya. Dia berjalan mengekor langkah Al.

"Ribet banget sih hidup loe. Gak bakal ada yang ngenalin loe, Ra," ucap Al. Lalu dia menarik jemari Rara memasuki counter ponsel yang cukup besar.

Rara menurut saja, tak mau banyak bicara. Al melepaskan pegangan tangannya saat sudah di dalam counter dan disambut ramah oleh penjaga counter.
Rara tak menggubris obrolan mereka, dia memilih menyibukkan diri dengan ponselnya.

"Bagusan warna apa Ra buat cewek?" tanya Al membuat Rara beralih dari ponselnya memandang Al sekilas, lalu ke beberapa ponsel baru di hadapan Al.

"Gold bagus kayaknya," jawab Rara jujur. "Beliin Mama ya?"

Al tidak menjawab, tapi langsung mengambil ponsel Rara dan menyerahkannya ke si penjaga. "Pindahin sim card'nya ke ponsel yang warna gold itu ya, Mas."

"Ehh, kenapa ponsel gue? Kok ponsel gue sih yang diganti?" tanya Rara masih belum mengerti.

"Kata Mama ponsel loe pecah gara-gara Mama. Ini Mama nyuruh gue beliin yang baru," terang Al.

"Kok loe gak bilang dari tadi sih? Ponsel gue cuma retak dikit, Al. Lagian ponsel yang loe pilih mahal banget tauk. Gak usah beli aja ya..... gak enak gue sama Mama," ucap Rara sambil meringis membayangkan betapa mahalnya harga ponsel itu.

"Jadi loe lebih milih nolak permintaan Mama gitu?" tanya Al menatap mata Rara serius.

Rara menghela napas, lalu menatap Al sebentar kemudian menggeleng pelan.

"Ya udah, nurut aja," kata Al. Lalu dia menyerahkan kartu kredit untuk membayar ponsel baru itu.

Setelah selesai, Al lalu membawa Rara keluar dari counter. Mereka berjalan beriringan membuat beberapa pasang mata melihat ke arah mereka. Rara sebenarnya risih dengan tatapan mereka, untung dia memakai masker. Sedang Al tampak biasa saja, tak menghiraukan tatapan orang lain pada mereka.

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang