12

890 182 358
                                    

"Gio..... kenalin mereka sahabat-sahabat terbaik gue," ucap Rara.

Gio mengalihkan pandangannya yang sedari tadi hanya fokus ke Rara. Dan dia pun kaget saat tatapannya bertemu dengan tatapan cowok di samping kirinya.

"Faldo?" ucap Gio tersenyum kecut.

"Kalian saling kenal?" tanya Rara.

Gio mengangguk dan Faldo hanya menatapnya malas. Lalu Gio beralih berkenalan dengan Bima dan Fani.

"Gue boleh gabung kalian gak, Key?" tanya Gio.

Belum sempat Rara menjawab, suara Faldo terdengar lebih dulu. "Loe gabung yang lain aja."

"Gak boleh gitu, Do. Gio ini pernah nolongin gue. Dia temen gue juga sekarang," sahut Rara.

"Nolongin apa, Ra?" tanya Fani.

"Loe kenal dia dimana sih, Ra?" imbuh Faldo sambil memijit pangkal hidungnya. Ya Tuhan..... tolong jangan lagi, batin Faldo.

"Gue pernah-.........." Belum sempat Gio menyelesaikan ucapannya, Rara memotongnya terlebih dulu.

"Gue aja yang cerita. Loe boleh duduk dulu di sini," ucap Rara, lalu berdehem pelan.

Gio pun duduk sambil tersenyum mengucapkan terima kasih.

"Malam itu gue pergi belanja dan uang gue ternyata gak tersisa. Terus pas mau pulang ternyata gue juga lupa..... gak bawa ponsel," kata Rara kemudian.

Gio mengerutkan keningnya bingung. Tapi kemudian dia mengangguk samar saat Rara menatapnya dengan tatapan memohon.

"Gue terpaksa jalan kaki dan Gio lewat nawarin tumpangan. Ya udah..... dia nganterin gue pulang akhirnya," imbuh Rara.

"Kenapa loe tumben belanja sendirian gak sama Bibi atau Tante?" tanya Faldo.

"Tante sekarang jarang di rumah, Do, loe tau kan?" terang Rara.

"Kok loe tumben langsung mau aja di anterin orang baru, cowok lagi?" imbuh Bima.

"Yaaa..... mau gimana lagi, masa gue harus nunggu taksi sambil bawa belanjaan sih?" kilah Rara. Sebenarnya dalam hati dia merasa deg-deg'an sekaligus merasa bersalah telah berbohong pada para sahabatnya. Tapi tidak mungkin kan dia jujur kalau dia pergi nonton bioskop malam itu? Pasti mereka akan terus bertanya dengan siapa dia menonton? Mereka pasti tau kalau dia tidak mungkin sendirian.

"Ya udah sih, kenapa kalian malah jadi mengintrogasi? Yang penting Gio udah baik hati kan nganterin Rara pulang tanpa lecet," kata Fani.

Faldo menghela napas kasar. "Ya udah, sekarang loe boleh gabung sama kita di sini. Tapi setelah dari sini, gue harap loe gak usah sok akrab lagi sama Rara."

"Kok gitu? Loe sahabat atau pacar Rara sebenernya?" tanya Gio terdengar sedikit meremehkan.

"Rara pacar gue. Dia milik gue, jadi gak ada yang boleh deket-deket dia..... apalagi loe!" jawab Faldo tegas.

Gio hanya tersenyum. Sedangkan Rara membelalakkan matanya tak percaya dengan ucapan Faldo. Begitu juga dengan Bima dan Fani.

"Tuh kan..... kalian main rahasia-rahasiaan," rengek Fani.

"Apa juga kata gue waktu itu," imbuh Bima.

"Gak gitu-.........." ucap Rara terpotong suara Faldo.

"Udahlah. Besok di sekolah kita jelasin ke mereka berdua, Ra," kata Faldo menatap Rara lekat.

Dan gadis itu pun hanya bisa mengangguk pasrah.

"Besok hari Minggu, dodol!" semprot Bima.

"Jelasin sekarang aja sih," timpal Fani.

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang