19

827 148 651
                                    

Haiii..... gimana kabar kalian hari ini?

Aku up cepet nih...
Mumpung ada niat 😌
Soalnya pas penyakit males'nya kambuh, obatnya susah hehe 😅

***

Beberapa hari ini sikap Al tampak sedikit cuek pada Rara. Jika berkata hanya seperlunya saja. Dan sikap jahilnya pun benar-benar hilang akhir-akhir ini. Rara sendiri bingung sebenarnya ada apa dengan cowok itu. Niat hati Rara ingin bertanya apa dia sudah membuat kesalahan pada Al, tapi Rara seringkali mengurungkan niatnya.

Tapi sore ini, Rara akan memberanikan diri untuk bertanya. Faldo yang ngambek saja Rara bujuk, apalagi Al yang notabene adalah suaminya.

Rara mengambil handuk kecil dari dalam lemari, lalu beranjak menuju ke ruang olahraga. Tadi Rara sempat melihat Al masuk ke ruang olahraga tanpa membawa handuk seperti biasa. Ini bisa jadi alasan dia untuk mengobrol dengan Al.

Tapi di depan pintu ruang olahraga yang sedikit terbuka, samar-samar Rara bisa mendengar suara Mama. Karena tak ingin menguping, Rara berniat ingin masuk saja. Tapi mendengar obrolan mereka yang sepertinya serius, membuat Rara tidak jadi melangkahkan kakinya untuk masuk.

"Aku gak tau, Ma..... yang jelas aku sedang berusaha," suara Al terdengar pelan.

"Usaha yang gimana maksud kamu?..... Kamu pikir Mama gak bisa liat, akhir-akhir ini sikap kamu gak seperti biasanya. Semenjak istri kamu pindah ke sini kamu malah keliatan beda," sahut Mama.

Deg!

Memang benar. Kenapa Rara baru menyadarinya? Sikap Al berubah saat Rara mulai pindah kemari. Apa mungkin Al merasa terbebani karena itu? Apa mungkin Al merasa terganggu karena kehadirannya? Sungguh, Rara tidak pernah berpikir sejauh ini sebelumnya.

"Bukan gitu, Ma. Aku cuma bingung harus bersikap gimana sama Rara. Aku juga gak tau dia..... dia gimana sama aku," ucap Al.

"Kamu gak liat, dia udah berusaha memberikan yang terbaik. Dia bangun pagi-pagi..... ikut nyiapin sarapan buat kamu, ngebangunin kamu, nyiapin keperluan kamu. Dia nrima pernikahan kalian dan berusaha menjalaninya dengan baik. Tapi kamu? Yang harusnya jadi pertanyaan itu kamu, Rez. Kamu udah bisa nrima dia jadi istri kamu atau belum?" cecar sang Mama.

"Udah, Ma..... aku udah nrima kok," balas Al.

"Jangan pikir Mama gak tau ya kamu sedeket apa sama Nadia. Kamu masih lengket sama dia," ucap Mama menggeram tertahan.

"Aku gak bisa kalo harus jaga jarak sama sahabat-sahabat aku, Ma," terang Al.

"Dan kamu lebih milih buat jaga jarak sama istri kamu, gitu?" ucap Mama mulai sewot.

"Bukan gitu, Ma," elak Al.

Rara yang berdiri di luar menguping obrolan mereka, memutuskan untuk pergi dari sana. Dia lalu melangkahkan kakinya menjauh.

Perlahan langkah kakinya membawa dia sampai di taman komplek perumahan yang mereka tempati. Dia lalu mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi pinggir taman. Pikirannya kembali terbayang obrolan Al dan Mamanya.

Ternyata Al belum bisa nrima gue. Lalu kenapa waktu itu dia setuju buat nikah cepet? batin Rara kecewa.

Rara tahu, dia juga belum bisa jadi istri yang baik. Tapi setidaknya dia tidak pernah menganggap pernikahan ini untuk main-main.

Saat sedang termenung, suara seorang cowok tiba-tiba mengagetkannya.

"Ternyata beneran kamu, Key," sapa cowok itu tersenyum manis.

"Eh..... Juna," balas Rara.

"Ngapain sendirian di sini?" tanya Juna.

"Ohh..... tadi aku abis dari rumah temen, terus nongkrong aja di sini. Kamu..... mau kemana?" sahut Rara.

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang