55

747 77 296
                                    

Al dan Rara semakin jauh dari hari ke hari. Al selalu saja pulang larut malam dan selalu bangun kesiangan. Hal itu membuat Rara harus memesan ojol belakangan ini untuk berangkat sekolah.

Rara pun seringkali tak melihat Al di sekolah. Entah suaminya itu bolos atau apa, Rara tidak tau. Saat jam istirahat, Rara tak pernah melihat Al dan para sahabatnya. Dia hanya melihat Nadia dan dua teman cewek sekelasnya yang selalu ke kantin bersama.

Saat ini jam pelajaran masih berlangsung. Guru pun masih memberikan penjelasan materi di depan kelas. Al duduk tenang di kursinya, tapi pikirannya melayang entah kemana. Suara Guru sama sekali tak masuk ke telinganya.

Al sedang melamunkan kebersamaannya dengan Rara. Beberapa hari sebelum kejadian Dion datang menjemput Nadia, kedekatan Al dan Rara tampak mewarnai hari-hari mereka. Bahkan saat di rumah, mereka seringkali melakukan apapun bersama.

Kenapa kamu lebih ngebela Faldo dari pada aku, Ra..... suami kamu sendiri? Kenapa kamu gak percaya kalo perasaan aku ke Nadia beda sama perasaan aku ke kamu? Apa kamu emang bener-bener lebih sayang ke Faldo dari pada ke aku, Ra? batin Al.

Setelah selesai memberikan penjelasan, Guru memberikan sebuah pertanyaan. "Siapa yang ingin menjawab?"

Tak ada seorang siswa pun yang menyahut. Guru mengedarkan mata elangnya menatap siswanya satu per satu. "Silahkan dijawab.......... Rezky Alfian Danuarta!"

"Ya, Ra?" ucap Al tergagap.

Seketika kelas menjadi hening. Semua pasang mata tertuju pada sosok sang juara umum itu. Tiba-tiba suara tawa Adit memecahkan keheningan.

"Dasar playboy..... sekalinya bucin jadi bulol," ucap Adit di sela tawanya.

Para siswa lainnya kemudian ikut tertawa. Guru pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Bahkan Adit dan Raffi sampai harus memegangi perutnya karena tertawa terlalu kencang. Hanya Nadia yang tampak diam, tak ikut tertawa.

"Kamu ini kenapa, Al?" tanya Guru.

"Maaf, Pak..... saya gak konsentrasi. Saya izin cuci muka dulu," ucap Al.

"Ya udah, sana," sahut Guru.

Al pun berdiri lalu beranjak keluar dari kelas. Tapi dasarnya Al siswa badung, bukan toilet yang dia tuju, melainkan dia melangkahkan kakinya ke kantin.

Cowok itu memesan bakso. Tanpa harus menunggu lama, pesanannya pun sudah siap. Dia menambahkan banyak sambal ke dalam mangkok baksonya, lalu segera menikmatinya. Akhir-akhir ini dia sering melewatkan sarapannya.

Sambil mengunyah baksonya, Al kembali melamun. Entah akan bagaimana nasib hubungannya dan Rara untuk ke depannya. Apa dia harus mengikhlaskan seandainya Rara lebih memilih bersama Faldo? Memikirkannya saja sudah membuat nafsu makannya hilang seketika.

Al meletakkan sendoknya ke mangkok bakso, padahal belum habis separuhnya. Dia lalu menyedot es tehnya. Pikirannya masih berkelana. Mungkin memang dia harus segera bicara dari hati ke hati dengan istrinya itu nanti. Apalagi Faldo mengatakan kalau gadisnya itu ingin kuliah ke luar negeri, Al tidak ingin hal itu terjadi.

***

Rara dan para sahabatnya sedang menikmati makanan mereka saat jam istirahat. Seperti biasa, Rara hanya melihat Nadia dan dua teman cewek sekelasnya yang datang ke kantin. Al dan para sahabatnya tak terlihat di sana.

"Kalian sepemikiran gak sih kalo Nadia sepertinya lagi gak baik-baik aja sama Al? Sama kayak Rara sama Al?" tanya Bima.

"Heem. Belakangan ini mereka gak kelihatan bareng," sahut Fani.

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang