40

847 113 1.3K
                                    

Sudah tiga hari ini Rara dan Faldo tak saling bicara. Rara tau, Faldo bersikap kasar pada Al karena Faldo tak terima dengan sikap Al yang terlihat mempermainkan Rara. Sedangkan Faldo, dia merasa marah karena Rara tak mau mendengarkan omongannya.

"Serius deh, gak enak tau kita makan berempat tapi diem-dieman gini," celetuk Fani. Sekarang ini mereka sedang di kantin, menghabiskan jam istirahat pertama.

Faldo menatap Fani. "Berisik!"

"Dih..... sensian banget sih loe. Cemburu ternyata bisa bikin orang jadi nakutin ya," sahut Fani.

"Ngomong lagi, gue jejelin saus mulut loe," ucap Faldo.

Fani menampilkan ekspresi seolah-olah kaget. "Hah? Ihhh..... Abang Faldo jahat sama Adek. Adek atuttt." Mimik wajahnya benar-benar menggelikan. Bima saja langsung terbahak melihatnya.

"Apaan sih, Fan. Gak lucu tauk," ucap Rara.

"Abisnya kalian kayak Tom and Jerry, gue gak suka. Gak asik tauk. Udahan dong perang dinginnya. Damai lebih indah lho," sahut Fani.

"Buat apa, Fan. Orang yang gue sayangin, gue belain..... tapi gak nyadar diri. Malah belain cowok yang katanya pacarnya, tapi nyatanya tuh pacarnya tega meluk cewek lain di depan dia. Gue di diemin? Ya udah!" sarkas Faldo.

Mereka bertiga terdiam. Rara menunduk menatap mangkok bakso di depannya. Apa dia sudah keterlaluan karena mendiamkan Faldo?

Bima lalu berdehem. "Ra, gue mau tanya sama loe."

Rara mengangkat wajahnya lalu melihat ke arah Bima. "Apa?"

"Loe beneran suka sama Al?" tanya Bima.

"Gak tau," jawab Rara.

"Kita gak akan nglarang loe kalo loe bahagia, Ra. Tapi masalahnya, cowok loe itu udah merlakuin loe kayak gitu..... di depan loe lagi. Dia udah nyakitin loe terang-terangan, Ra. Loe gak ngerasa apa?" tanya Bima lagi.

Rara diam. Tentu saja dia merasa. Kecewa, sakit, sedih dan bingung... semua bercampur menjadi satu. Tapi dia bisa melakukan apa? Hubungannya dengan Al tak sesimpel seperti yang sahabat-sahabatnya pikirkan. Dia tidak bisa seenaknya minta putus jika dia merasa sakit hati pada Al. Hubungan mereka sudah terikat dengan janji di hadapan Tuhan.

Tapi Rara belum bisa menceritakan ini pada mereka. Setidaknya sampai nanti mereka lulus. Jadi selama pernikahannya masih disembunyikan, Rara harus selalu memendam semuanya sendirian.

Rara terlalu lama larut dalam lamunannya sendiri. Hingga dia baru tersadar saat Fani memegang lengannya.

"Udah bel, Ra. Yuk balik ke kelas," ajak Fani.

Rara mengangguk. Dia melihat ke depan, ternyata Faldo dan Bima sudah tidak ada di kursi mereka. Rara menghela napas pelan, ternyata dia terlalu tenggelam dalam lamunannya tadi sampai tak menyadari keadaan sekelilingnya.

"Loe duluan aja, Fan. Gue mau cuci muka dulu," tutur Rara.

"Oke," sahut Fani.

Mereka sama-sama beranjak pergi keluar kantin. Fani langsung menuju kelas, sedangkan Rara melangkahkan kaki menuju toilet.

Saat melewati toilet cowok, Rara melihat Faldo baru saja keluar dari toilet. Rara pun segera berbelok untuk menghampiri Faldo.

"Abang," lirih Rara, membuat Faldo yang sedang membenarkan jam tangannya pun mendongak.

"Ada apa?" ucap Faldo acuh sambil kembali fokus pada jam tangannya.

"Aku minta maaf," tutur Rara pelan. Dia menatap cowok di hadapannya itu, yang bahkan belum mau melihat ke arahnya. "Aku salah..... Maafin aku. Mungkin aku emang bodoh..... tapi kamu tau gimana aku kan. Aku bukan orang yang suka ingkar janji..... Aku gak bisa gitu aja jauhin Al."

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang