64

691 65 160
                                    

"Siapa?" tanya Al tidak sabar.

Faldo menghela napas pelan, tapi tak juga menjawab. Al lalu beranjak mendekat dan mengambil alih ponsel itu. Rahangnya seketika tampak mengeras setelah melihat foto gadis itu.

"Tadinya, setelah saya berhasil kasih minuman itu ke Mas Al, cewek itu bakal nelpon Mas Al buat minta tolong dan..... ya gitu deh..... rencananya. Tapi ternyata saya gagal. Dia memarahi saya habis-habisan. Dia juga bilang gak akan minta uang dia kembali kalo saya bisa menjaga rahasia ini. Sekarang saya tertangkap..... dan saya ikhlas mempertanggung jawabkan kesalahan saya. Saya siap di penjara, Mas," ucap Ferdi.

"Loe bener-bener yakin dia orangnya..... yang udah nyuruh loe?" tanya Al dingin.

"Yakin, Mas..... sumpah demi Tuhan," jawab Ferdi.

Al mengembalikan ponsel itu pada Ferdi, lalu menoleh ke arah Papi Faldo.

"Pi..... Mi..... Al sama Rara pulang dulu ya, ada urusan bentar," ucap Al.

"Iya, Al..... ati-ati ya. Jangan kebawa emosi," sahut Papi yang tau kemana tujuan Al pergi.

"Iya, Pi. Ayo, Ra," ucap Al.

Rara lalu mencium punggung tangan Papi dan Mami. "Rara pergi dulu ya."

"Ati-ati, sayang," balas Mami.

Rara lalu mengiyakan dan kemudian memeluk Fani. Setelah pamit juga pada Faldo, Rara bergegas menyusul langkah Al. "Kita mau kemana emangnya, Kak?"

Suara samar Rara lalu menghilang bersamaan dengan sosoknya juga Al yang juga menghilang di balik pintu.

"Aku gak nyangka ternyata dia tega nglakuin hal serendah itu," ucap Fani.

"Aku juga gak habis fikir," balas Faldo.

Papi lalu berdehem. "Terus Ferdi mau kamu gimanain ini, Do?"

Faldo melihat Ferdi sekilas, lalu menatap sang Papi. "Yang dia ceritain soal kondisinya itu beneran, Pi?"

Papi mengangguk. Anak buahnya memang sudah menyelidiki latar belakang pemuda itu. "Papi tau kamu bisa ngasih solusi terbaik untuk masalah ini."

Faldo kemudian menoleh pada Fani, dan gadis itu pun mengangguk. Faldo lalu kembali menatap ke arah Ferdi.

"Kami gak akan tuntut loe, Fer. Loe boleh lega sekarang..... kami udah maafin loe, demi Ibu loe," ucap Faldo.

Kedua mata Ferdi berkaca-kaca. "Makasih banyak, Mas..... maafkan saya..... Saya benar-benar menyesali perbuatan kotor saya."

"Jangan diulangi lagi ya," ucap Fani.

"Iya, Mbak..... saya janji. Maafkan saya sekali lagi, Mbak..... dan terima kasih," balas Ferdi penuh haru.

Kedua anak buah Papi Faldo lalu melepaskan lengan Ferdi setelah diberi intruksi oleh Papi.

"Sekarang kamu kerja di mana, Fer?" tanya Papi.

"Saya belum dapat pekerjaan, Pak," jawab Ferdi.

"Kamu lulusan apa?" tanya Papi lagi.

"SMA, Pak," jawab Ferdi.

"Besok pagi datanglah ke kantor saya. Kalo kamu mau jadi OB, kamu bisa mulai kerja besok," ucap Papi.

Ferdi membulatkan matanya tak percaya. "Be..... benarkah yang Bapak ucapkan tadi? Bapak memberi saya pekerjaan?"

Papi mengangguk. Mami pun mengusap lembut lengan sang suami sambil tersenyum bangga. Faldo juga kagum dengan Papinya itu.

"Terima kasih, Pak...... terima kasih banyak," ucap Ferdi penuh haru.

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang