"Kemarilah.......... anak..... ku," lirih wanita itu menatap Faldo sendu.
Faldo memberanikan diri menatap wajah wanita itu. Tatapan mereka saling terkunci satu sama lain. Tapi Faldo merasa lidahnya kelu, bahkan hanya sekedar untuk menyahut kata "ya". Tenggorokannya pun terasa tercekat.
"Aku..... minta maaf..... nak," ucap wanita itu parau. "Waktuku..... tidak banyak..... maukah kamu..... memberiku maaf?"
Faldo mengangguk tanpa bersuara. Jemari tangan wanita itu bergerak pelan lalu menyentuh jari tangan Faldo.
"Sebenarnya..... banyak..... yang ingin..... ku ceritakan..... padamu..... Tapi waktuku..... sepertinya..... tak akan..... cukup..... Setelah aku..... tiada nanti..... kuberikan..... benda kesayanganku..... padamu..... Ada di..... dalam laci..... itu..... Aku sudah..... memberitau Mamimu..... untuk memberikannya..... padamu..... nanti ," ucap wanita itu lemah.
Tangan Faldo bergerak untuk menggenggam jemari kurus itu, hingga sang empunya menyunggingkan senyumnya lebih lebar. Kedua mata Faldo sudah berkaca-kaca. Dia menatap dalam dan sendu wajah wanita itu. Wanita yang telah mengandungnya selama sembilan bulan beberapa hari.
"Mamimu..... adalah seorang..... ibu yang sangat..... luar biasa..... Dia memberikanmu..... cinta dan..... kasih sayang yang..... berlimpah padamu..... Dia membesarkanmu..... dengan..... sangat baik..... Dia adalah..... ibu yang hebat..... Dia telah berhasil..... mendidikmu..... menjadi seorang anak..... yang baik..... hingga..... walaupun aku..... tak pernah..... datang menemuimu..... kamu tetap..... berusaha mencariku..... Mamimu adalah..... ibu yang sesungguhnya..... untukmu..... Jangan pernah..... membuatnya kecewa atau..... menangis ya..... Berjanjilah padaku," ucap wanita itu terbata karena kondisinya yang lemah.
Faldo mengeratkan genggaman tangannya pada sang ibu kandung. Air mata Faldo sudah meluruh. Dia menganggukkan kepalanya berulang kali sebagai tanda janjinya pada sang ibu. Lalu dia mengecup punggung tangan ibunya berkali-kali.
Sedangkan sang Mami pun sudah menangis terisak sedari tadi di pelukan suaminya. Papi Faldo hanya bisa mengelus punggung bergetar sang istri. Sesekali netranya menatap ke arah ranjang pasien, melihat interaksi putra kandungnya dengan wanita yang pernah mengandung putranya itu. Bagaimanapun juga, wanita itu pernah menjadi istri sirinya hampir satu tahun. Walaupun Papi Faldo tidak mencintainya, Papi Faldo tidak mungkin tidak mengkhawatirkan kondisi wanita itu. Wanita yang telah memberikannya sebuah keluarga yang lengkap dan seutuhnya. Wanita yang telah berkorban untuk menjadikannya dan istrinya sebagai orang tua dari Faldo.
Rara pun sudah berlinang air mata. Dia memegang erat lengan Faldo sedari tadi. Mencoba untuk memberi kekuatan pada cowok yang kondisinya tampak menyedihkan itu.
"Bolehkah..... aku..... mendengar suaramu..... memanggil..... namaku," ucap lirih wanita itu.
Faldo diam. Dia merasa suaranya tercekat. Lidahnya benar-benar terasa kelu. Dia hanya mampu menatap sendu wajah sang ibu.
Wanita itu tersenyum. Kedua netranya memancar sayu, tapi dia tak menangis sedikit pun. "Tak apa..... aku..... tau..... mungkin ini..... berat bagimu..... Aku bisa mendapat..... maaf darimu saja..... aku sudah..... sangat bahagia..... Aku tidak bisa..... memaksamu..... Aku tidak berhak..... Aku-....."
Ucapan wanita itu terhenti karena mendengar suara lirih Faldo.
"Bun..... da," lirih Faldo.
Tiba-tiba saja wanita itu meneteskan air matanya. Pertahanan yang sedari tadi dia bangun runtuh seketika. Kemudian dia pun menangis, meluapkan rasa sesak di dadanya yang telah dia pendam selama 17 tahun lebih.
"Bunda..... maafkan aku..... aku terlambat menemukan Bunda," isak Faldo.
"Tidak, sayang..... kamu tidak perlu..... minta maaf..... Semua ini..... salah Bunda..... Bunda yang minta..... pada Mami Papimu..... untuk merahasiakan..... keberadaan Bunda," ucap wanita itu lemah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kita (TAMAT)
Random[17+]..... Tentang dua remaja yang harus terikat karena perjodohan. "Loe sama gue ?" "KITA berdua kan ?" Sedangkan masing-masing dari mereka mempunyai sahabat yang punya tempat penting di hati mereka. PERINGATAN!!! #Typo bertebaran,,, apalagi di par...