53

683 77 448
                                    

Rara mencoba berbaikan dengan Al. Walaupun Rara belum sepenuhnya bersikap hangat kembali, tapi setidaknya dia sudah bersikap biasa. Kemarin saat Om dan Tante pulang, mereka menghabiskan waktu di rumah Om sampai malam harinya.

Tadi pagi pun mereka sudah berangkat sekolah bersama. Para sahabat Rara sudah sibuk bertanya ini itu. Dan Rara hanya menjawab kalau dia dan Al baik-baik saja.

Tapi saat bel pulang sudah berbunyi dan Rara sudah sampai di parkiran, dia tak melihat motor Al. Rara mengernyit bingung. Lalu dia pun berusaha menghubungi Al. Beberapa kali mencoba, tapi ponsel Al tidak aktif.

"Key," panggil Dika. Cowok itu tampak berjalan mendekat bersama Adit dan Raffi.

Rara menoleh. "Al kemana ya, Dik..... kok motornya gak ada?"

"Jam istirahat kedua tadi Mamanya Nadia telpon minta Al dateng ke rumahnya, katanya Nadia sakit," jawab Dika.

"Terus kalo Al dateng, Nadia langsung sembuh gitu?" sahut Rara.

Adit dan Raffi saling berpandangan. Mereka menutup rapat bibir mereka karena takut salah bicara. Mereka tentu peka dan tau kalau hubungan Al dan Rara agak renggang belakangan ini.

"Ya gak gitu juga sih, Key..... mungkin Mamanya Nadia minta anterin Al buat nemenin bawa Nadia ke Dokter," ucap Dika.

"Ya udah deh terserah mereka, gue pulang duluan ya," ucap Rara sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Gue anterin, Key..... tadi Al minta gue anterin loe pulang kalo misalkan dia gak bisa dateng jemput loe," tutur Dika.

"Gak usah, Dik..... gue bukan cewek manja, gue bisa sendiri," sahut Rara.

Dika tau Rara mengucapkan kalimat itu untuk menyindir Nadia. Tapi Dika tak bisa berbuat apa-apa tadi. Dia sudah mencoba mengingatkan Al agar bicara dulu pada Rara, tapi Al tidak mendengarkannya.

"Aku anterin kamu pulang, Ra," ucap Faldo tiba-tiba muncul.

Rara mengangguk mengiyakan. Lalu Rara pun berpamitan pada Dika, Adit juga Raffi. Setelah itu Rara mengekori Faldo menuju ke motornya.

Faldo memakaikan helm pada Rara. "Gak usah sedih. Abang bawa kamu jalan-jalan, kita nyari makan dulu tapi. Abang temenin kamu hari ini."

Rara tersenyum lalu mengangguk. "Aku pengen makan es krim porsi jumbo, boleh ya?"

"Boleh dong. Apa sih yang gak buat kesayangan Abang inih," ucap Faldo.

"Yok..... gaskeun!" pekik Rara girang.

Faldo menarik gemas hidung Rara. "Ya udah naik."

Rara segera naik ke jok belakang Faldo, lalu cowok itu pun segera melajukan motornya meninggalkan area SMA Taruna.

"Kepedulian Al ke Nadia ngebuat Keyra lebih deket sama Faldo, iya gak sih menurut kalian?" tanya Raffi.

"Itu juga yang udah coba gue jelasin ke Al, tapi ya gitu si Al..... kalo belum ngrasain nyesel belum mau dengerin orang lain dia," jawab Dika.

"Sebenernya gue juga bingung sama hubungan Al dan Nadia. Kalo pacaran, katanya gak. Tapi kalo cuma sahabatan, perasaan... kita gak gitu-gitu banget deh sama Nadia," imbuh Adit.

"Iya sih, harusnya persahabatan antara cowok dan cewek itu ada batasnya. Kalo terlalu deket, masa iya salah satunya atau kalo gak keduanya malah bisa aja baper, iya gak?" lanjut Raffi.

Dika dan Adit mengiyakan. Bagaimanapun juga mereka setuju akan hal itu. Tidak ada yang tidak mungkin kan di dunia ini jika menyangkut soal hubungan persahabatan antara laki-laki dan perempuan?

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang