Bel istirahat pertama baru saja berbunyi. Para siswa sebagian besar sudah beranjak pergi ke kantin dan hanya sebagian kecil saja yang masih ada di dalam kelas. Seperti Rara dan para sahabatnya misalnya, mereka baru saja selesai membereskan alat tulis mereka.
Rara lalu mengambil ponsel dari dalam tasnya. Dia agak kaget melihat banyak panggilan tak terjawab dari Papi dan Mami Faldo. Dia lalu membuka pesan yang Mami kirimkan untuknya. Seketika keningnya berkerut setelah membacanya. Dia mendadak gelisah dan takut.
Rara hanya membalas pesan tersebut dengan mengirim kata "ya". Lalu dia menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas. Dia termenung dan tampak memikirkan sesuatu.
"Loe kenapa, Ra?" tanya Faldo yang melihat gadis itu melamun saat Faldo hendak mengajaknya ke kantin.
Rara menatap Faldo sebentar. Dan cowok itu menaikkan sebelah alisnya seakan kembali bertanya. "Do..... gue boleh minta tolong loe gak?"
Faldo tersenyum lalu mengelus puncak kepala gadis itu. "Apa sih yang gak buat loe, Ra? Yahhh..... walaupun sejak pacaran sama playboy'nya Taruna, loe gak pernah punya banyak waktu lagi sama kita-kita..... gue tetep bakal selalu ada buat loe."
"Ekhemmm," ledek Bima.
"Cieee..... cieeeee," imbuh Fani.
Rara hanya menoleh sekilas, menatap datar pada Bima dan Fani. Lalu kembali menatap Faldo. "Maaf ya kalo loe ngerasa gue gak kayak dulu lagi."
"Gak pa-pa..... gue gak masalah selama loe ngerasa seneng," sahut Faldo tersenyum manis. Sangat manis bahkan.
Semoga senyuman loe akan tetep seperti ini, Do. Gue gak bisa kalo harus liat loe nangis. Gue sayang banget sama loe. Gue gak mau loe sedih, batin Rara dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.
"Loe kenapa sih? Loe kok mau mewek? Kenapa? Loe sakit?" panik Faldo, lalu dia segera menyentuh kening Rara.
Bima dan Fani pun ikut mengecek Rara. Tentu saja dengan pekikan Fani yang selalu heboh pada semua hal. Hingga Bima harus menyentil bibir tipis gadis itu, barulah Fani mengatupkan bibirnya dan cemberut kemudian.
Rara tersenyum kecil. "Gue gak pa-pa kok. Kalian gak perlu khawatir."
"Terus kenapa loe kayak mau nangis gitu tadi?" tanya Faldo.
"Gue ngerasa terharu sama kata-kata loe," jawab Rara.
"Yaelah, Jubaedahhhhh!" pekik Fani.
"Gue kira loe kenapa-napa tadi," imbuh Bima menatap Rara.
"Hehe..... maaf..... maaf," balas Rara sambil nyengir. "Eh, tapi gue beneran minta tolong ya, Do."
"Iya, apaan?" sahut Faldo.
"Anterin gue ke Rumah Sakit ya..... sekarang," ucap Rara.
"Hah?" cicit ketiga sahabatnya kemudian.
"Loe beneran sakit, Ra?" tanya Fani.
"Gak, Fan. Gue cuma ada urusan dikit di RS," jawab Rara, lalu beralih menatap Faldo. "Bisa kan, Do?"
Faldo lalu mengangguk. Dan Rara pun tersenyum lalu memakai tas punggungnya. "Tas loe bawa sekalian aja, Do."
"Emang lama ya urusan di RS'nya? Kita bolos nih?" tanya Faldo.
Rara mengendikkan kedua bahunya. "Belum tau juga sih ntar lama atau gak. Buat jaga-jaga aja siapa tau ntar lama, jadi mendingan kita bawa tas aja sekalian."
Faldo mengiyakan, lalu dia pun memakai tas'nya juga.
"Bim..... Fan..... ntar tolong izinin kita berdua ya. Bilang aja ada kepentingan keluarga," pinta Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita (TAMAT)
De Todo[17+]..... Tentang dua remaja yang harus terikat karena perjodohan. "Loe sama gue ?" "KITA berdua kan ?" Sedangkan masing-masing dari mereka mempunyai sahabat yang punya tempat penting di hati mereka. PERINGATAN!!! #Typo bertebaran,,, apalagi di par...