29

864 127 1.2K
                                    

"Kami disuruh seseorang, Kak," ucap Neta sambil menaruh ponselnya ke atas meja di hadapannya. Layar ponselnya menunjukkan roomchat WA dengan seseorang.

Semua yang ada di sana terkejut mendengar pengakuan Neta. Tak terkecuali Dika, Raffi dan Adit. Tapi mereka memilih untuk diam. Mereka ikut masuk karena Al. Biarkan Al dan teman-teman Rara yang menyelesaikan, mereka hanya akan menyimak.

Tapi siapa yang berani menyuruh orang untuk membully Rara. Apa orang itu punya masalah dengan Rara?

Al segera meraih ponsel itu. Dia membaca semua percakapan pesan chat itu. Lalu dia mencoba menekan tombol panggil, tapi nomor itu bahkan sudah tidak aktif. Dia mencoba memasukkan nomor itu ke ponselnya. Hasilnya pun sama, nomor itu tak bisa dihubungi.

"Siapa dia?" tanya Al geram.

"Kami gak tau, Kak. Seperti yang Kak Al baca..... kami udah menanyakan dia siapa, tapi dia gak mau ngaku," jawab Betty.

"Kalian udah terima duitnya?" tanya Al menatap tajam kedua gadis itu.

"Duit apa?" sahut Juna dan Faldo bersamaan.

"Mereka dibayar seseorang," ucap Al.

"Hah???" pekik Fani. Tak hanya Fani, yang lain pun kaget mendengar itu. "Niat banget sih tuh orang, nyebelin banget! Terus ketauan gak Al siapa orangnya? Awas aja! Gue bakal siram balik dia pake air comberan!"

"Kali ini gue setuju sama loe, Fan. Kita harus kasih pelajaran sama tuh orang," imbuh Bima.

"Kalian dibayar berapa?" tanya Faldo sambil mendekat ke arah dua gadis yang tampak ketakutan itu.

"Li..... lima juta, Kak," jawab Neta

"What???" pekik Fani lagi. Tadinya dia berpikir mungkin mereka hanya iri pada Rara. Tapi mendengar kalau ternyata mereka dibayar untuk membully Rara, emosi yang ditahan Fani rasanya ingin dia luapkan.

"Udah kalian terima duitnya?" tanya Juna yang diangguki oleh Neta.

"Transfer atau dia kasih langsung?" tanya Al berikutnya.

"Dianter jasa kurir, Kak," jawab Neta.

"Kalian beneran ngatain Rara dengan kalimat-kalimat yang diajarin nih orang?" tanya Al.

Faldo mengambil ponsel dari tangan Al, lalu membaca pesan chat itu. Rahangnya mengeras seketika. "Kalian juga cewek, kalian mikir gak sih ngatain cewek lain dengan bahasa kayak gini?!"

"Kami gak ngucapin semua yang dia ajarin, Kak..... hanya beberapa kalimat aja," sahut Betty.

Fani ikut berdiri lalu mendekati Faldo dan meraih ponsel itu. Setelah membacanya, Fani pun ikut mengumpat. "Kalian gak punya otak emang! Tau apa kalian soal sahabat gue?! Kalian gak tau apa-apa, jangan bacot sembarangan! Emang salah Rara ya kalo dia cantik, dia pinter... sampe banyak yang suka sama dia? Yang salah tuh otak kalian sama orang yang nyuruh kalian! Berani ya kalian bully sahabat gue, minta gue amplas muka-muka mata duitan loe pada!"

Rara mendekati Fani, "Udah Fan..... duduk aja yuk."

"Asli... gue pengen nyolok mata mereka!" imbuh Fani, lalu dia melempar asal ponsel Neta ke atas meja.

Rara lalu menarik pelan lengan Fani, membawanya kembali duduk.

"Jadi orang jangan baik-baik banget ngapa, Ra?" ucap Bima. "Mereka bakalan nglunjak kalo gak dikasih pelajaran."

Rara tidak menyahut. Dia lalu melihat ke arah kedua gadis itu lagi.

"Kalian mencurigai seseorang?" tanya Al menyorot kedua gadis itu kembali.

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang