Bab 81. sedikit dipercepat

1.3K 204 4
                                        

Esok hari pun tiba, seperti biasa aku datang ke sekolah jam sepuluh. Masuk ke kelas seperti biasa, duduk di bangku nomor 2 pojok, sendirian. Tenang nya hidup ini. aku pun memutuskan untuk minum terlebih dulu.

"Baru datang Tri?" ujar Biru.

Air minumku langsung ku sebur ke wajah Biru.

"kamu nggak apa apa Tri?" ujar Biru dengan rasa khawatir.

Mata ku terbuka lebar, ingin rasanya ku tampar diriku sekarang. Berdasarkan persetujuan yang telah di tetapkan saat SD, kami hanya boleh akrab di luar sekolah, dan lihat ini, menyapa diriku di pagi-eh siang maksudku dengan semangat 45.

"Kok, kaget?" tanya Biru lagi.

Ya kamu tahu jawabannya! Gimana sih?

Bisik bisik orang orang di kelas terdengar, tatapan tajam mereka tertuju pada diriku. Ini adalah hal yang paling aku tidak suka, jika seseorang menyapa ku. sepertinya hari ini akan menjadi hari yang panjang. Lebih baik aku pulang saja.

Ku ambil tasku, dan berjalan pulang. Biru terlihat kaget akan hal tersebut, tapi ini lebih baik daripada aku menjadi rujakan 1 sekolah. Aku menghela nafas, ini tidak akan berakhir dalam 1 hari. Meskipun aku lolos hari ini, tidak menjamin aku lolos besok, soalnya ada ujian.

Ku letakan tas ku di sembarangan tempat, berbaring di kasur bersama Yuni yang sedang loncat kegirangan karena tidak sendirian.

"Yay! Yay!" teriak nya.

Aku tersenyum akan tingkah nya.

"Ili, Ili, ili !" Yuni mulai menarik pakaian ku.

"Ada apa?" tanya ku

" nga nga" ujar nya.

"Mau lihat bunga?" tebak ku. Yuni mengangguk semangat.

Aku mengendong Yuni dengan perlahan, sembari melihat kiri kanan, berharap Ibu tidak terganggu, dia sedang mengandung adik ke 4 ku, setidaknya sekarang sudah masuk bulan ke 4.

Aku secara kecil kecilan, membuat green house di rumah Adam, hanya perlu melompat pagar saja. bunga yang ku rawat tidak banyak, rata rata hasil dari pemberian Kakak Vivi, kakak yang membantu ku dulu. Aku sudah memasang sistem perairan sendiri untuk green house ini, soalnya nggak mungkin minta dengan orang tua Adam. Yah, entah mengapa berhasil, sistem perairan yang aku buat dengan menggunakan barang seadanya. Tapi masih menggunakan listrik dari rumah Adam. Paman Ahmad bilang sih nggak apa apa tapi, aku akan membuat listrik untuk green house ini, selesai ujian atau liburan nanti.

Yuni sangat menyukai tanaman tanaman disini, sampai dia petik. Green house ini seperti tempat yang bagus untuk berbahagia. Aroma bunga yang mekar, kesejukan yang di berikan tanaman, aku sangat menyukainya juga.

"Lah, Trisha kamu tidak sekolah?" Bibi Nur, Ibu Adam

Aku menggaruk kepala ku, "Yahh..gitu Bi ada masalah di sekolah"

"BAAA!" Yuni tiba tiba muncul dari balik pot. Bibi Nur yang terkejut mengelus ngelus dada nya.

"Lain kali jangan sering buat masalah, Suami Ibu nggak bisa ngerawat kalian selama nya, kamu paham kan Tri?" ujar Bibi Nur.

"Tri paham Bi, sangat paham, mungkin Tri cari kerja aja nanti" ujar ku, merasa tak enakan dengan Bibi Nur. Semua uang untuk sekolah itu di bayar oleh Paman Ahmad, dari sekolah ku, Wahyu bahkan Dinda, mungkin nanti uang sekolah Yuni juga.

"Bagus, Bibi ada kenalan, kebetulan butuh penjaga kasir, lumanyan dapat nya, kerja juga nggak lama, kalau begitu kita langsung ke sana aja ya" ujar Bibi Nur.

Gue ? Antagonis?! ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang