Bab 32. Naas

3K 443 10
                                    

Hari ini, Kak Gill pergi untuk mencari serbuk peri. Sedangkan diriku, mendapatkan bunga Crybell dan akar Aksia. Hanya menunggu Kak Gill kembali, setelah itu aku baru bisa membuatnya.

Menunggu memang membosankan.

Yang aku lakukan hari ini hanya berbaring di rumput hijau, tengah taman. Sembari menikmati angin sepoi sepoi. Menatap ke langit yang cerah, tapi tidak secerah masa depanku.

Aku masih memikirkan soal green house, jika aku meminta hal itu sekarang itu akan sangat aneh.

Jadi aku bertanya dengan ibu tentang green house. Untungnya dia ada, dan dia meminta pelayan untuk membersihkan green house miliknya yang terbengkalai.

Masalah green house sudah selesai.

Aku hanya tinggal menunggu Kak Gill dan bibit Dimpuff.

Tidak terasa bahwa besok aku akan menumbuhkan Dimpuff. Ini sangat menegangkan!

Aku juga harus menyiapkan banyak hal setelah tanaman itu berhasil tumbuh.

Setelah itu, mungkin masalah berikutnya adalah Kak Gill. Aku harus memutar otak untuk lolos dari nya.

Hmmmm...

Setelah itu,anak kandung Ibu dan Ayah akan lahir.

Lalu...

Debut...

...

Debut juga merupakan masalah. Apa aku ikut saja? Atau tidak?

Ada kemungkinan bertemu dengan karakter novel juga sih.

Menghindar juga bukan solusi, tapi bertemu juga bukan solusi.

Kalau aku menghindar otomatis, aku bakal nggak ada teman seperjuangan.

Tapi kalau bertemu, ada kemungkinan aku terkena gosip entah apa.

Pergaulan kelas atas, begitu kata mereka. Sebuah pergaulan yang cukup toxic daripada pergaulan di jaman ku.

Sepertinya pas debut nanti, aku harus berhati-hati, menarik perhatian boleh, tapi tidak boleh berlebihan.

Jadi orang netral aja.

Mungkin nanti aku ikutan kelompok pembaca buku.

Aku membayangkan saat sekelilingku adalah buku. Itu hukuman jenis apa?

Tidak tidak, aku harus mencari jalan keluar. Kelompok pembaca buku, fokusnya ama buku, aku masih bisa molor. Hanya pinjam nama kelompok itu, buat molor. Ide yang bagus!

"Nona Diana!" teriak Zero.

Aku langsung berdiri, berjalan mendekati Zero.

"Ada apa?" tanya ku. Aku dapat melihat sorot khawatir dari wajah Zero.

"Nyonya-"

Sebuah kata itu, membuka mataku dengan lebar. Aku langsung berlari mencari Ibu.

Kondisi nya yang seperti itu seharusnya sehat sehat saja. Apa dia ada makan sesuatu?

Zero berlari mengikuti ku. Seakan akan Zero mengerti apa yang aku pikirkan.

Aku berjalan menuju kamar Ibu, aku dapat melihat para pelayan berjalan lalu lalang dengan cepat, wajah mereka tampak khawatir semua. Ada beberapa dari mereka berteriak untuk memanggil dokter.

Saat aku di depan kamar Ibu, seorang pelayan menghentikan langkah ku, mengatakan bahwa aku di larang masuk.

Aku tidak terima, aku mau ketemu Ibu.

Gue ? Antagonis?! ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang