Bab 37. Dimpuff dan Lakmus

2.8K 436 0
                                    

Kondisi ku mulai membaik, luka luka itu sudah memudar, entah salep apa yang mereka berikan sangat efektif!

Aku juga sudah di izinkan untuk keluar kamar. Sepi. Selama aku berjalan hanya terlihat satu dua pelayan. Biasanya aku bisa melihat empat orang atau enam orang pelayan yang sedang membersihkan rumah.

Selama masa penyembuhan aku mengikuti petunjuk Emerald yang meminta ku untuk memblok pembaca pikiran wanita itu, padahal dia juga bisa, cih.

Yaa..mulanya memang susah, wanita itu sering menembus sihir ku. Tapi sekarang sudah tidak sering, tidak sia sia sihir ku.

Aku berjalan menuju ruangan Ibu, katanya ibu masih belum boleh menjalankan aktifitas yang berat, jadi aku berencana untuk menemaninya, siapa tahu dia bosan?

Jarak dari kamar ku ke kamar Ibu tidak jauh aku hanya perlu melewati tangga saja. Hanya menyebrang saja.

Aku memperhatikan sekeliling, aku tidak melihat batang hidung Ayah atau Kak Gill, sudah lama aku tidak melihat mereka berdua terakhir kali hanya saat aku lagi terluka parah parahnya.

Aku sudah di depan kamar Ibu, aku pun mengetok kamar Ibu dan mengintip kamar Ibu.

"Diana?"

Aku tersenyum lebar, berjalan masuk mendekati Ibu yang sedang berbaring di kasur.

"Ibu baik?" tanya ku.

Ibu tersenyum, "tentu, sini sayang" memukul kasur di samping nya.

Aku naik ke kasur, duduk bersandar. Ibu juga mencoba untuk duduk seperti diriku. Aku membantu Ibu.

Ibu mencium kening ku, "Luka mu sudah sembuh?"

Aku tersenyum, mengangguk.

"Katanya kamu terjatuh saat main ke kolam"

Seperti nya ayah tidak memberi tahu kejadian yang sesungguhnya, aku dapat maklum hal itu, lagi pula kondisi ibu saat itu kritis. Jika di tambah dengan kondisi ku maka bisa saja ibu shock, itu akan sangat buruk bagi janin yang ada di perut ibu.

Perut ibu mulai membesar, aku bisa melihat hal itu. Ibu sesekali mengelus ngelus perutnya yang sudah tidak rata itu.

"Diana mau pegang?" tanya Ibu. Aku ketahuan melihat perut itu.

Aku menggaruk kepala ku yang tidak gatal, "Boleh?"

Ibu mengangguk, di letakkan nya tangan ku di atas perut nya itu. Aku tidak bisa mendeskripsikan perasaan ku saat itu, aku dapat merasakan sesuatu yang bergerak.

"Seperti nya dia menyukai mu Diana"

"Kurasa begitu, ibu" aku tersenyum, rasanya sangat aneh saat aku menyentuh lalu bayi itu bergerak. Jika aku merasakan hal seperti itu, bagaimana dengan Ayah? Kurasa dia akan sangat bahagia atau nggak dia menangis.

Aku dan Ibu membicarakan banyak hal, tapi kebanyakan soal bayi itu. Untungnya aku pernah mengurusi ibu hamil, jadi aku setidaknya bisa mengerti topik seperti itu.

Kandungan ibu sudah melewati trisemester pertama, kemungkinan akan lahir antara musim gugur atau dingin.

Jika aku pikir pikir, aku lupa disini ada 4 musim, aku belum pernah melihat salju! Tapi wajar juga sih, aku tidur 2 tahun dan saat aku bangun itu saja sudah musim semi.

Aku tidak sabar melihat salju turun. Aku penasaran untuk memasukan salju itu ke mulut ku, sepertinya aku harus membuat sirup. Sirup rasa cocopandan kek nya bagus, tapi aku nggak pernah liat kelapa atau daun pandan di sini. Kalau begitu mungkin pakai madu aja, jadi aku nggak repot.

Gue ? Antagonis?! ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang