Bab 57. teka teki

2.7K 384 20
                                    

Rasa canggung kembali hadir. Tidak ada salah satu dari kami yang berbicara. Hanya menatap langit dengan suara air yang menemani. Sumpah, aku bingung harus berbicara apa lagi. kukira dia tipe orang yang cukup berbicara bukan yang sedikit seperti ini. sedikit demi sedkit angin dingin mulai berhembus. 'pengen masuk ke dalam' pikirku sambil memeluk diriku sendiri.

Kulihat kembali Kak Nicholas yang di sebelah ku, masih belum bosannya dia memandang langit. Kalau aku masuk duluan nanti kasihan juga dia sendirian. Aku pun mengigit kuku ku. Tangan ku dihentikan oleh Kak Nicholas.

"Jangan" ucapnya.

"A-a Baik.."

Rasa canggung terasa semakin besar, kutarik kembali tangan ku dari nya. kami berdua menoleh saat mendengar siulan dari Ray. 'sejak kapan dia di situ?' aku menatap heran. Kak Nicholas berdiri di depan ku.

"Seperti nya aku menganggu" ujar Ray tertawa kecil.

Kak Nicholas menarik diriku untuk pergi dari taman, tadi tangan aku satu nya lagi di pengang dengan Ray, udah kek Tarik tambang.

"Lepaskan tangan mu" ucap Kak Nicholas. Bukannya melonggarkan, Ray memegang tanganku semakin kencang. Aku hanya bisa menghela nafas melihat situasi ini. merasa tangan ku yang akan terasa makin sakit, aku memutuskan untuk melepaskan diri dari dua orang ini, dan berjalan menjauh dari mereka berdua.

Tidak ada yang menghalangi untuk pergi, seakan mereka berdua berharap seperti itu. 'coba dibilang gitu, dari tadi jadi aku bisa nyikir tanpa merasakan rasa sakit'. aku pun berjalan kembali ke ruang sebelumnya, aku harap mereka sudah selesai berbicara satu sama lain. Salah satu tangan ku terasa sakit, saat aku melihat nya ada jejak aura hitam. Kepala ku mulai berkunang kunang.

"Diana!!" Hector berlari menuju arahku, itulah yang aku ingat terakhir kali.

Saat aku terbangun ke esokan hari nya? bukan, 3 hari sejak kejadian itu aku baru terbangun kembali. Tangan yang malam itu ada aura hitam sekarang sudah hilang. Aku belum boleh di izinkan bergerak dari kasur sebagai jaminan nya Kak Gill duduk di sebelahku. Dia sedang sok serius membaca buku. Aku pun hanya bisa menatap kearah jendela.

Tubuh ku memang terasa lemas, sangat aneh hanya karena aura hitam itu saja aku bisa seperti ini?

"Diana" panggil Kak Gill. Aku pun menoleh kearahnya.

Diletakkannya tangannya di dahi ku, "Masih panas" ujarnya.

'emang kau harap apa, orang pingsan 3 hari, baru aja bangun lalu kau minta sehat sentosa gitu?'

Kak Gill menatap diriku dengan intest aku yang cukup terbiasa akan hal itu menatap balik ke arahnya berusaha untuk bertelepati 'pergilah dari kamarku'. Tatapan intest dia buat aku nggak tenang. Takut di bunuh saat tidur. Dengan santainya dia kembali duduk di tempatnya yang semula, "tidur" perintah Kak Gill. Aku pun menutup mata ku tanpa protes daripada mati lebih cepat.

Tidak butuh waktu lama untuk ku kembali sehat, setelah sehat aku kembali ke akademi bertemu dengan Eri yang ngambek, karena 'kami' yang tidak datang ke pesta nya. aku pun memberi alasan kalau aku ada kegiatan yang mana langsung di seret tanpa babibu.

Saat aku masuk ke kelas aku mendapati Claris sudah duduk di samping ku yang mana mulanya milik Eri. Tentu nya aku heran, Claris sekelas dengan ku? Ini nggak salah? Kukira dia lebih tua.

Eri dengan santainya menyapa Claris, "Hai" dan duduk di bangku ku.

Claris membalas sapaannya "Hai juga" lalu Ruby dengan tenangnya tetap duduk ditempatnya. Lalu aku duduk dimana?. aku pun memandang Claris tapi dia menggeleng.

Gue ? Antagonis?! ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang