HAPPY READING❤
CMIIW~
••••
Bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Vella belum pulang karena ia menyempatkan diri di perpustakaan membantu bu Yanti---petugas perpustakaan menata buku di setiap rak yang kosong. Tak hanya Vella, tapi Bima---ketua OSIS pun ikut membantu.
Sekarang, gadis itu melangkahkan kakinya di koridor kelas sepuluh. Lantai dasar menuju ke jalan pulang. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara pantulan bola dari arah lapangan basket in door yang berada di pojok sebelah kelas 10 IPS 5 membuatnya penasaran siapa yang masih asik bermain disaat semua murid sudah pulang.
Yang Vella dengar, hanya ada suara decitan sepatu dengan pantulan bola yang diperkirakan hanya satu orang saja yang tengah bermain. Ia fikir, satpam sekolah sudah mengunci ruangan itu, nyatanya masih ada orang.
Vella pun memilih untuk melihat. Langkahnya gontai dengan ransel biru di punggungnya.
Di sana, Vella mendapati cowok berbadan tinggi tengah mendribble bola sendirian. Bajunya tampak lusuh, dan rambut yang tampak berantakan. Vella terdiam memandang cowok itu dari jauh. Dia Arion.
Kakinya membawa gadis itu untuk mendekat. Entah dorongan dari mana, gadis itu sudah mendudukan bokongnya di tribun pinggir lapangan in door itu.
Vella memandang Arion dalam diam. Arion sendiri belum mengetahui kedatangannya. Biarkan Vella terus menatap cowok itu tanpa harus mendapati sebuah usiran.
Terdiam. Vella merasa bahwa Arion sangat jago memainkan permainan itu. Terbukti dari gerakan dribble serta shootingnya saat memasukkan bola ke dalam ring berturut-turut. Padahal, yang ia tahu Arion tak pernah mengikuti atau sekedar bermain basket dengan teman-temannya. Apakah Arion sengaja menyembunyikan keahliannya?
Lama terdiam. Vella menunduk saat sebuah bola orange menggelinding dan terhenti tepat di depan sepatunya. Gadis itu membulatkan matanya, merasa ini situasi bahaya. Arion pasti mengetahuinya bahwa ia tengah memperhatikannya sedari tadi.
"Ngapain lo di sini?!" Suara Arion menggema di ruangan yang sepi itu.
"Lo perhatiin gue?!" tuduh Arion masih tak mendapati jawaban.
Vella masih menunduk. Sebelum kedua kaki terbaluti sepatu itu menapak di depan bola yang masih di depan sepatunya. Jantungnya berpacu, itu sepatu Arion. Bahkan parfume cowok itu masih tercium di indra penciuman Vella walaupun Arion berkeringat.
Gadis itu perlahan mendongak menatap Arion yang berdiri menjulang tepat di hadapannya. Bingung akan menjawab apa, Vella hanya menggeleng.
Bedecak malas. Arion membuang nafasnya. "Gue bukan tontonan yang harus lo tontonin!"
Vella tak menganggap itu tontonan.
"Gue bukan pemandangan yang harus lo pandangin!"
Vella juga tak menganggap begitu.
"Apa tujuan lo?!"
Vella menghembuskan nafasnya. "Emang salah, ya? Aku gak sengaja liat kamu main basket sendirian di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married for a will [END]
Teen FictionTentang kehidupan Vella, gadis SMA yang harus menikah dengan lelaki bernama Arion. Pernikahan yang diawali karena adanya sebuah pesan terakhir dari sang kekasih yang telah kembali kehadapan sang maha Kuasa. Juga sudah memang sebuah rencana dari ked...