C h a p t e r ~ 71 √

24.5K 1.8K 119
                                    

HAPPY READING❤

CMIIW~
••••


"Pe-peluk gue, Yon."

"Peluk gue sebagai tanda perpisahan kita."

"Jaga istri lo baik-baik ... ja-jangan pernah sakitin hati dia lagi setelah dulu lo bersikap kasar sama dia ...."

"G-gue mohon ... kalo nyawa gue diambil Tuhan malam ini, sampein maaf gue sama bunda dan ayah. Ma-maaf karena belum bisa jadi apa yang mereka harapin. Maaf karena gak bisa natap mereka setelah ini. Maaf karena gak bisa nunjukkin senyum lebih lama lagi."

"Gue sayang bunda sama ayah ... sayangi mereka seperti lo sayang sama mamah Arin."

"Ja-jangan biarin Vella ngerasa bersalah setelah ini .... Buat dia perlahan ngelupain kejadian malam ini, ya? Gue kasian sama kandungan dia. Ini bukan kesalahan dia, Yon."

"Gue selamatin dia karena gue mau selamatin kebahagiaan lo."

"Maaf belum bisa jadi sahabat yang menetap sampai tua sama lo. Perjalanan gue sampai sini. Meskipun g-gue masih pengen lebih ke jalan selanjutnya."

"Gue sayang lo sebagai kembaran gue, sahabat gue dan segalanya. Ja-jangan lupain gue kalo gue udah gak lagi muncul di hadapan lo."

"Yon. Ka-kayaknya, darah gue udah abis. Mu-mungkin umur gue akan berhenti."

"Ja-jangan pernah pudarin kebahagiaan lo. Gue titip keluarga gue, ya? Dan gue titip kebahagiaan di dalam diri lo."

"Asyhadu an la ilaha illallah ... wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah ...."

"Assalamualaikum, bunda, ayah."

"Assalamualaikum, Yon. Gue pamit pergi ... selamanya."

Arion terbangun dari tidurnya dengan nafas yang terengah-engah. Bayangan ucapan-ucapan Elang kemarin malam masih sering menghantui fikirannya. Rasanya sesak begitu mengingat Elang yang sangat berusaha mengucapkan kata-kata terakhir dalam keadaan badan yang berlumuran darah. Bahkan sahabatnya itu menangis disertai darah yang juga mengalir dari kepala.

Arion menjambak rambutnya kuat. Ia kembali menangis, rasanya masih tak terima jika Elang meninggalkannya untuk selamanya.

"Nak, udah bangun?"

Suara wanita paruh baya yang baru saja memasukki ruangan yang ditempati Arion membuat cowok itu sontak menoleh. Arion segera mengusap air matanya.

"Maaf, Arion ketiduran, Bun. Kenapa Arion ada di sini?" tanyanya pada Marisa. Arion menatap sekeliling, ini bukan ruangan Vella. Seingatnya dirinya tidur di samping Vella dengan posisi duduk. Dan kini dirinya bangun sudah berada di brankar rumah sakit.

Marisa mendekat. "Kamu dipindahin sama ayah tadi. Kasihan kamu tidur sambil duduk."

Arion mengangguk mengerti. Cowok itu mengusap wajahnya pelan, lalu menghembuskan nafasnya berusaha untuk menetralkan degub jantungnya yang masih tak stabil akibat ucapan Elang yang hadir di dalam mimpi.

Married for a will [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang