HAPPY READING❤
CMIIW~
••••
Lapangan sekolah cukup ramai diisi oleh murid-murid yang tengah bersorak meneriaki siswa di lapangan sana tengah bermain bola basket. Walaupun cuaca panas, tapi tak mereka pedulikan. Siang ini, tepatnya istirahat kedua, hampir semua murid di sekolah memilih menghabiskan waktu mereka untuk melihat bola basket memantul dan menyebabkan dua tim saling beradu.
Di tribun bawah, terdapat Vella, Karisa dan Galang, serta murid yang lainnya tengah duduk memperhatikan permainan bola orange tersebut. Walaupun kadang Galang sebal karena Karisa terus-terusan berteriak meneriaki salah satu siswa yang ikut bertanding di tengah lapangan sana. Galang juga tak tahu mana wajah si pemilik nama yang Karisa teriaki. Galang sebal bukan karena cemburu, melainkan karena telinganya yang berdengung nyeri seiring suara melengking Karisa keluar dari mulut.
"Go! Go! Malvin! Semangat, Malviiiinnnn, yuhuuu!"
"Lari terus, teruss, langsung shooting, Vin! Yak! Yeyyyy, masuk!!"
"Yeayyy, Malvin lo ker---hmmpp, bangsat!" Karisa menabok Galang yang seenaknya menyumpali mulut gadis itu dengan sapu tangan.
"Lo apaansih, Lang?!"
"Berisik, lo."
"Serah gue dong!"
"Lo kalo mau teriak sana di tengah lapangan, jangan di samping gue," kesal Galang.
"Gak mau lah! Nanti gue ditabrak, kan sakit."
"Ya malah bagus, lo bukannya nangis malah histeris kayak orang gila ditabrak orang ganteng."
Karisa malah tersenyum lebar. "Tanpa lo sadari, lo muji mereka ganteng."
Galang mendengkus. Ia memilih membuang muka daripada menghadapi Karisa.
Karisa terkekeh. Ia melemparkan sapu tangan milik Galang yang tadi menyumpal mulutnya. "Sapu tangan lo bau," celetuk Karisa.
"Bau juga karena mulut lo!"
Karisa mendelik. "Mana ada! Mulut gue wangi kali."
"Gak percaya gue," ujar Galang.
Galang refleks mundur saat Karisa mendekat ke arah wajahnya seraya membuka mulut. "Nih gue buktiin, Haaaah ... wangi, kan?"
"Buset, lo makan jengkol ya?" Galang menutup hidungnya ketika Karisa memamerkan bau mulut gadis itu.
"Sembarangan! Gue tadi makan telur goreng sama ayam ya!" protes Karisa memberengut sebal.
"Pantes bau busuk."
"Sialan lo, Lang!"
"Galang, Karisa."
Kedua manusia yang berdebat tadi langsung diam ketika suara Vella menegur. "Iya, Buuuuk."
"Jangan debat di sini, bisa? Gak malu banyak orang?" tanya Vella dengan raut tenangnya. Ia sedari tadi hanya mendengkus ketika perhatian menonton bola basket harus terhalangi oleh suara perdebatan kedua sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married for a will [END]
Teen FictionTentang kehidupan Vella, gadis SMA yang harus menikah dengan lelaki bernama Arion. Pernikahan yang diawali karena adanya sebuah pesan terakhir dari sang kekasih yang telah kembali kehadapan sang maha Kuasa. Juga sudah memang sebuah rencana dari ked...