C h a p t e r ~ 76 √

34.1K 1.6K 40
                                    

HAPPY READING❤

CMIIW~

••••

Lima bulan kini berlalu. Usia kandungan Vella kian membesar karena telah mencapai umur sembilan bulan. Arion mulai membatasi segala aktifitas dan kegiatan yang dilakukan Vella. Dan malam ini, di sinilah Vella, di depan ruang televisi dengan posisi duduk di atas sofa.

Di sampingnya terdapat Arion yang tak henti-hentinya memeluk Vella. Sesekali cowok itu merengek tak jelas. Rasanya Arion sangat merindukan Vella padahal Vella selalu di sampingnya setiap saat.

Arion terkadang menatap Vella dengan kasihan. Melihat Vella berjalan dengan susah payah, terkadang nafas pun tersedat-sedat. Ketika tengah malam Vella sering terbangun, menangis karena sakit pinggang, terkadang juga entah karena apa. Dan Arion tak pernah lelah untuk selalu membantu Vella seperti memijat, mengelus punggungnya, dan menenangkan.

"Yaaang."

"Hm?" Vella menoleh. Ia menaikkan kedua alisnya.

"Peluk! Aku kangen."

"Serius ya. Kita gak pernah jauh-jauh, ngapain kangen?"

"Gak tauu! Pokoknya kamu harus peluk aku. Kalo bisa yang lama. Sambil elus rambut aku ya?"

Vella terkekeh geli. Tangan satunya memeluk Arion, dan satunya lagi ia gunakan untuk mengelus rambut cowok itu. Sedangkan Arion kini meraba-raba perut Vella yang begitu besar, mencari pergerakan baby-nya karena sudah bisa menendang dari beberapa bulan yang lalu.

Di rumah Arion tak hanya mereka berdua saja yang menempati. Keluarga Arion dan Vella pun sudah mulai menginap seperti Arin, Marisa dan Anara. Ayah mereka masih sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Ibu keduanya hanya berjaga-jaga takut Vella akan melahirkan kapan pun. Maka dari itu mereka menginap. Persalinan Vella diprediksi lima hari lagi, dan mereka kini tinggal menunggu.

"Vella. Aku gak sabar lihat baby kita lahir ke dunia. Lihat muka dia yang mirip kita nanti. Lihat kelakuannya pas udah jadi dewasa. Allah bener-bener baik mau kasih kita pelengkap buat keluarga kecil."

Vella mengangguk. Tatapannya menerawang, mengandai-andai ia dan Arion akan hidup bahagia dengan seorang anak di kehidupan mereka. MasyaAllah, sebentar lagi yang mereka tunggu-runggu akan hadir. Vella selalu berharap persalinannya lancar.

"Kita rawat anak kita sampai tua. Kita buat anak kita sukses dan selalu sayang sama kita," ujar Arion.

"Abis baby ini lahir, aku mau buat lagi nanti sama kamu. Biar rumah kita rame." Arion tertawa sendiri mendengar celotehannya. Ah, seperti apa rasanya direpotkan dengan banyak anak? Arion sangat tidak sabar.


Drrrtt ... drrrtt

Ponsel Arion bergetar di atas meja televisi. Cowok itu meraih ponselnya, dan melihat pesan masuk yang ternyata dari Frans.

Frans

Tuan, ada hal penting yang harus kita bahas di kantor. Saya minta kehadirannya.

Married for a will [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang