C h a p t e r ~ 29 √

31.9K 2.4K 21
                                    

HAPPY READING❤

CMIIW~

••••

Vella menuruni tangga rumah setelah keluar dari kamarnya. Gadis dengan piyama dan rambut digerai itu berlari kecil tak sabaran menyapa sosok yang terlihat dari arah dapur.

"Selamat pagi!"

Arion tersentak kaget saat kedua tangan hangat menempel di sisi pipinya dari arah belakang. Cowok itu menoleh dan mendapati Vella tengah tersenyum lebar.

"Lo lihat jam sekarang, udah hampir siang, lo baru ngucap selamat pagi."

Vella mendongak menatap jam yang tertera di dinding dapur. Ia pun meringis saat jam menunjukkan pukul 11.15. Ia rasa dirinya baru saja mempraktikkan simulasi mati.

Seolah mengingat sesuatu, Vella menepuk keningnya dengan mata yang membulat. "Astaga, aku lupa sekolah! Kok kamu gak bangunin aku sih?"

Vella nampak panik. Sudah dua hari ia rawat inap di rumah sakit, dan selama itu pula ia tak sekolah. Masa iya dia harus izin lagi? Masih mending jika mengirim surat, untuk hari ini dirinya lupa.

"Gue udah suruh Elang sampein surat izin lo sama gue." Arion mengatakannya dengan santai sembari memotong cabai.

"Kamu buat surat?" Arion mengangguk.

"Keterangannya?"

"Izin menikah."

Vella melotot. Dicubitnya pinggang Arion yang tak terbaluti kaos. "Serius, ih!"

"Gue serius."

Vella mencebik. Arion selalu berkata ngawur semenjak, tunggu, semenjak kapan? Vella baru menyadari jika Arion berbeda dari Arion yang baru menikah dengannya saat itu. Dulu Arion ketus, kasar, dan arogan. Berbicara pun ogah-ogahan dengannya. Dan entah sejak kapan, Arion mau menimpali setiap perkataan dan pertanyaan yang dilontarkan oleh Vella. Walaupun sedikit ketus, tapi bukankah itu sebuah kemajuan?

Vella tersenyum. Syukurlah bila Arion tak seburuk yang ia pikirkan. Dulu ia kira Arion tidak akan bisa berubah, nyatanya salah.

Gadis itu mengamati kegiatan Arion. Cowok tanpa atasan itu tengah fokus dengan kegiatan dapur. Arion nampak tampan, apalagi ditambah otot perutnya yang terlihat begitu jelas. Ingin rasanya Vella menyentuh, eh? Tidak, tidak!

"Baru kali ini aku liat cowok pinter masak," celetuk Vella, ia mendongak menatap Arion dari samping.

"Banyak. Lo pasti pernah lihat chef cowok di tv," sahut Arion.

Vella hanya tersenyum. Ada benarnya ucapan Arion. Tapi yang Vella maksud bukanlah chef. Apalagi yang berada di layar kaca. Ini adalah Arion, suaminya.

"Rambut kamu gondrong. Nggak mau dicukur?" Vella menyisir rambut hitam Arion yang nampak panjang dengan jemarinya.

"Sengaja."

"Tapi kamu tetep ganteng. Apalagi kalo digundul."

"Enak aja lo bilang gundul." Vella tertawa renyah sembari menggelengkan kepala. Ia berjalan ke arah sebuah rak yang berada di dapur, mengambil karet gelang dan kembali ke arah Arion.

Married for a will [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang