C h a p t e r ~ 65 √

25.4K 1.8K 29
                                    

HAPPY READING❤

CMIIW~
••••

Suara pintu diketuk dari luar membuat bi Arum yang berada di dapur pun langsung bergegas membuka.

Bi Arum sempat bingung begitu melihat ada beberapa orang di depan pintu. Tetapi begitu mengingat Arion yang mengatakan bahwa malam ini orang tuanya akan datang pun membuat bi Arum yakin jika itu adalah keluarga majikannya.

"Assalamualaikum," salam mereka yang ada di depan pintu.

"Waalaikumsalam. Silahkan masuk, Bapak, Ibu."

Arin mengangguk dengan tersenyum tipis. Ia juga sempat bingung melihat bi Arum, mungkin wanita paruh baya di depannya adalah asisten baru di rumah Arion.

Arin, Leon, dan Regan masuk ke dalam rumah milik Arion. Suasana sepi, mungkin Arion dan Vella masih berada di lantai atas.

"Saya panggilin Mas Arion sama Mbak Vellanya dulu," ujar bi Arum bergegas menaiki anak tangga.

Sampai di depan pintu bercat putih. Tangannya mengetuk pintu dengan sopan, tak lupa memanggil. "Mas, Mbak. Di bawah ada tamu."

Mendengar panggilan dari luar membuat Arion buru-buru mengancingkan kancing piyama Vella yang terbuka karena ulahnya. Cowok itu bangkit dari kasur seraya merapihkan rambutnya dan langsung berjalan ke arah pintu.

"Siapa, Bi?" tanya Arion begitu ia membuka pintu.

"Itu, Mas. Kayaknya orang tua Mas Arion."

Arion munggut-munggut. Ah, mamahnya cepat sekali datang. Padahal Arion mau bermanjaan dulu dengan Vella.

"Yaudah kalo gitu, Mas. Bibi mau siapin makanan buat mereka, ya."

"Oke, Bi. Makasih," ucap Arion. Begitu bi Arum sudah menuruni tangga, Arion kembali menutup pintu. Cowok itu membuka lemari dan mengambilkan Vella sweater rajut.

"Di bawah udah ada mamah?" tanya Vella mengucir rambutnya.

Arion mengangguk. "Yang, pakek ini kalo mau turun."

"Ngapain pake itu?" Vella menatap bingung sweater yang Arion berikan.

"Di ruang tamu pasti dingin. Pake, ya?"

Mau tak mau Vella mengangguk. Ia pun mengganti piyamanya dengan sweater warna cream yang Arion ambilkan. Sedangkan Arion sudah masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh muka.

Tak berapa lama, keduanya keluar dari kamar dan berniat turun untuk menghampiri orang yang berada di ruang tamu.

Vella sempat kaget ketika di ruang tamu sudah ramai. Ternyata orang tuanya juga sudah datang. Wanita itu tersenyum, ia menyalimi satu persatu orang yang duduk di sofa. Begitupun dengan Arion.

"Vella, duduk di sebelah Mamah, dong!" Arin bersuara. Vella terkekeh dan duduk di sebelah Arin.

"Mamah gak nyangka kamu hamil. Udah berapa Minggu usia kandungannya?"

"Baru tiga Minggu, Mah," jawab Vella. Ia tersenyum begitu Arin mengelus perut ratanya. Agaknya mamah Arion sangat senang mengetahui bahwa menantunya hamil. Begitupun dengan bundanya.

"Arion harus jaga baik-baik loh cucu Mamah! Awas kalo kamu abai!"

Arion yang baru saja hendak duduk di samping Regan itu memutar bola matanya. "Iya, Mah. Arion bakal jagain Vella baik-baik."

"Bunda usahain buat sering-sering ke rumah kamu," timpal Marisa. "Kamu masih sering timbul gejala kayak mual nggak?" Marisa yang duduk di sebelah Vella bertanya. Posisinya memang Vella berada di tengah-tengah kedua ibu.

Married for a will [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang