C h a p t e r ~ 18 √

31.1K 2.4K 14
                                    

HAPPY READING

••••

Malam ini, Vella dan Arion tengah makan malam bersama. Keduanya duduk saling berhadapan. Vella memasak makanan yang pas untuk porsi berdua, dengan Arion yang mau menerima masakannya pun sudah sangat cukup bagi Vella.

Tak ada percakapan, keduanya tak ada niat untuk mau saling bertatap. Makan malam yang seharusnya mereka lakukan pada jam tujuh, kini mereka lakukan jam setengah sembilan. Itu semua karena Arion yang baru saja kembali ke rumah pukul delapan.

Setelah kedua piring masing-masing sudah kosong, dan air di dalam gelas sudah habis diteguk. Vella bangkit sembari menumpuk piring Arion di atas piringnya. Lalu satu tangan mengapit kedua gelas di sela-sela jari dan membawanya ke wastafel untuk dicuci.

"Istirahat, jangan kecapekan," ucap Vella pada Arion sebelum berlalu.

Arion hanya diam memilih untuk duduk menyandarkan punggungnya pada kursi meja makan. Matanya menatap Vella yang kini tengah membilas piring dengan spons yang dilumuri busa.

Jarak meja makan dan wastafel memang tak terlalu jauh. Begitupula dengan dapur. Sehingga siapa saja yang tengah makan di meja makan bisa melihat kegiatan di dapur.

Arion memilih bangkit saat dirasa dirinya lebih memilih merebahkan badan yang lelah di kamar. Meninggalkan Vella yang tengah mencuci piring, cowok itu pun menaiki tangga.

Vella membilas piring yang telah ia sabuni dengan air wastafel. Hal yang sama dilakukan untuk gelas. Gadis itu dengan telaten membilasnya sama sekali tak merasakan ada gejala aneh sedari tadi terjadi pada wastafel.

Saat hendak mematikan kran wastafel, Vella terjengkit ketika kran tersebut kendur. Mencoba untuk tidak panik, Vella memutar pelan ke arah kiri agar kembali kencang. Namun, siapa sangka? Kran tersebut sepenuhnya lepas dari badan wastafel. Vella memekik saat air wastafel keluar dengan deras mengucur ke arah badannya.

Vella panik bukan main, ia mencari kran yang terlepas tadi saat tak sengaja ia lempar karena kaget. Wajahnya yang basah ia usap kasar. Oh, tidak. Baju kaos putih yang ia gunakan sudah basah kuyup oleh air.

Dapat! Vella mendapatkan benda yang ia cari di bawah kolom wastafel. Ia mendekat mengabaikan air yang terus menyiram tubuhnya serta wajah. Tangan gadis itu berusaha menyumpal sumber air dengan kran tapi amat sulit karena matanya yang terus-terusan tersiram.

"Arionnn!" Gadis itu memanggil Arion yang mungkin bisa membantu.

Tak ada sahutan. Vella mendesah kecewa saat ia kira Arion masih di meja makan.

"Arion, tolongin aku!"

"Arion, krannya copot, tolongin. Aku basah ini!" teriak Vella yang kesekian kalinya.

"ARIOONNN!"

Arion yang baru saja hendak merebahkan badan di atas kasur berdecak mendengar teriakan Vella. Ia berbalik keluar dari kamar sedikit membanting pintu. Kakinya menuruni tangga dengan alis yang menukik tajam karena kesal.

Namun, tanpa diduga, alis yang menukik tadi berganti dengan dua alis yang terangkat karena terkejut melihat peristiwa yang baru saja ia lihat. Di sana, Vella tengah berusaha memasang kran wastafel dengan susah payah sembari terus mengusap wajahnya yang tersembur air.

"Lo ngapain?" Dengan bodoh Arion malah bertanya.

Vella menoleh, seketika kini telinganya yang menjadi korban semburan air kran.

Married for a will [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang