C h a p t e r ~ 05 √

37K 2.8K 17
                                    

HAPPY READING❤

CMIIW~

••••

Vella dan Bima tengah berjalan di koridor sekolah. Dua manusia itu berniat keliling sekitar sekolah untuk melihat apakah ada yang membolos ataupun telat. Hal ini menjadi kewajiban mereka yaitu anggota OSIS.

"Sebentar lagi bakal ada pendaftaran calon ketua dan anggota OSIS baru." Vella menoleh pada Bima yang bercerita.

"Kapan?" tanya Vella.

"Menurut lo, bagusnya kapan?"

Vella tampak berfikir. "Menurut gue dipercepat, masa berakhir jabatan kita kan tinggal satu bulan lagi. Nah, mending seminggu sebelum masa itu selesai," usul Vella.

Bima terdiam sesaat untuk menimang. Ada bagusnya juga apa yang diucapkan Vella. "Boleh, tapi nanti kita pertimbangin dulu sama kepala sekolah."

Gadis dengan almamater khusus OSIS itu mengangguk dan tersenyum simpul. Vella dan Bima memiliki hubungan yang dekat sesama anggota OSIS. Bima dengan sikap yang disiplin, cerdas dan tegas. Sedangkan Vella yang terkadang dingin dan dewasa jika di sekolah. Mereka sampai di gerbang depan. Di sana terlihat pak Danang---satpam sekolah, dengan dua siswa berseragam putih abu.

"Kenapa, Pak?" tanya Bima setelah berdiri tepat di depan gerbang yang sudah tertutup.

Pak Danang yang tadi sempat berdebat menoleh. "Ah, ini loh Nak Bima, mereka berdua telat, dan minta saya bukain gerbangnya. Katanya ada ulangan harian," ucap pak Danang memberitahu.

Vella menatap dua siswa yang ia ketahui adalah murid kelas sepuluh. Terlihat dari bet yang berjahitkan X bewarna hitam. "Bener ada ulangan?" tanya Vella nampak tak percaya. Siapa tahu dua siswa itu hanya beralasan saja agar dibukakan gerbang.

Dua siswa tadi nampak memandang satu sama lain. Lalu menyengir. "Ulangan harian sih nanti setelah istirahat, Kak," sahut satu siswa berambut hitam legam.

Bima menaikkan satu alisnya. "Telat berapa menit, Pak?"

"Baru aja mereka dateng, Nak," jawab pak Danang.

Vella melihat jam tangannya. Jam menunjukkan pukul 08:30. Ia mendengkus pelan. Dua anak itu sudah telat satu setengah jam. "Niat sekolah?" tanya Vella datar.

Keduanya mengangguk pelan.

"Ngapain aja jam segini baru dateng? Apa di rumah kalian gak ada jam?" timpal Bima ikut menanyai.

"Maaf, Kak. Tadi motor saya macet di jalan, jadinya telat." Satu siswa dengan rambut bewarna coklat sedikit pirang itu menjawab dengan tangan yang dilipat ke belakang.

Menghela nafas panjang, Vella menunjuk siswa satunya. "Terus, kamu. Kenapa telat?"

Siswa itu mendongak menatap seniornya. "Saya berangkat bareng dia, Kak. Jadi kita sama-sama telat."

Vella mengangguk. Tanpa sengaja pandangannya yang mengarah ke luar gerbang mendapati sebuah badan motor hitam yang baru saja berbelok pada gang samping sekolah.

Vella mengeriyit lalu ia pun tersadar. "Bima, lo yang ngurus ya. Gue mau lihat ke belakang sekolah, kayaknya ada yang telat juga," pamit Vella diangguki Bima. Vella pun akhirnya berlari cepat meninggalkan mereka, ia sangat yakin jika pemilik motor tadi datang terlambat dan berniat ingin masuk melewati gerbang belakang.

Married for a will [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang