C h a p t e r ~ 15 √

33.8K 2.8K 28
                                    

HAPPY READING

CMIIW~

•••••

Vella turun dari mobil Arion dengan berlari menuju teras rumah. Terlihat seorang wanita tengah menggendong bayi dan membawa tas jinjing yang berada di atas meja teras rumah.

"Cilaaaa!" seru Vella menerjang tubuh mungil bayi sembilan bulan itu dengan cubitan gemas yang tak terasa. Bayi itu terkikik geli menerima terjangan yang seperti gelitikan.

Moni---- kakak sepupu Arion hanya menggelengkan kepala menatap Vella yang antusias.

"Udah lama, Kak?" tanya Vella menatap Moni setelah bersaliman.

"Lumayan," jawab wanita itu.

"Maaf ya, tadi Vella ada urusan OSIS di sekolah, jadi pulangnya lama," ujar Vella. Ia tak enak telah membuat Moni menunggu lama di teras rumah.

"Gak papa, Vell. Kamu juga pasti sibuk 'kan ngurus pelantikan calon anggota OSIS baru?"

Vella menatap Moni sekejap. "Kok, Kakak tau?"

Moni terkekeh. "Dulu juga Kakak OSIS, Kakak sebagai ketuanya tapi. Udah hafal sih kapan masa jabatan kita bakal lepas."

Vella mengangguk paham.

"Suami lo mana?" Arion datang setelah mengandangkan mobilnya ke garasi. Cowok itu tak mendapati Adinata---suami Moni.

Moni menatap adik sepupunya dengan berdecak. "Salim dulu kek, tanya kabar kek, ini malah nanya suami gue. Kenapa? Lo kangen dia?"

Arion bergidik. "Najis. Nanya kabar lo juga percumah, lo keliatan hidup."

"Lo maunya gue mati gitu?" Moni melotot.

"Lo yang ngomong."

Vella menggelengkan kepalanya. Ia lebih memilih mengambil alih Cila dari gendongan Moni dan membawa bayi itu masuk.

"Ayo masuk, Kak," ajak Vella.

Moni yang tengah menatap Arion jengkel pun memilih menyusul seraya membawa tas jinjingnya. Tapi sebelum sepenuhnya wanita itu memasukki pintu besar rumah Arion, ucapan adik sepupunya itu membuatnya terhenti.

"Siapa nyuruh lo masuk?"

Moni berbalik dan berkacak pinggang. "Istri lo lah!"

"Ini rumah gue!"

"Gak ngurus! Mau ini rumah lo, rumah Vella kek, presiden kek. Gue gak peduli. Yang penting gue ngadem."

Arion memutar bola matanya. "Keliatan banget lo orang melarat."

Moni melotot. "Rumah lo sama rumah gue juga gedean rumah gue kali!"

Arion tergelak. "Rumah suami sih tepatnya."

"Kan gue istrinya."

"Istri doang, paling cuma modal buat nemenin hidup."

"Ngejleb banget sih! Mulut lo dari dulu gak berubah, ya! Sukanya nyinyir mulu. Kok bisa Vella betah sama lo? Kok bisa dia mau nikah sama lo? Lo jampi-jampi pake apa? Gue sih positif thinkingnya lo gak pake dukun sih, secara lo udah pinter komat kamit sendiri."

Arion melotot mendengar itu. Enak saja dirinya disangka menjompa-jampi Vella. Tanpa pelet pun, pesona Arion saja sudah mampu membuat para gadis maupun tante-tante janda di luaran sana terkesima dan ingin mengajaknya menikah. Walaupun terlihat berlebihan.

Married for a will [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang