HAPPY READING❤
Kalian jaga kesehatan oke!
CMIIW~
••••
Arion memegang dadanya yang terasa begitu sesak. Matanya tak pernah berhenti untuk mengeluarkan airmata. Pandangannya menatap gundukan yang baru saja terbangun dengan bahu bergetar dan tatapan terluka.
Pemakaman yang tadinya ramai kini perlahan sepi. Orang-orang yang hadir untuk menghantarkan jasad kini bergegas pulang ke rumah mereka masing-masing. Dan kini, hanya menyisakan Arion serta keluarganya.
Arion memeluk tubuh rapuh ibu keduanya setelah Arin. Wanita paruh baya itu tak henti-hentinya menangis pilu dengan tangan yang memeluk nisan anak tercintanya.
Ya Tuhan. Sungguh, kejadian tak terduga kemarin kini membawa salah satu hambamu kembali kehadapanmu. Kecelakaan maut yang berakibat fatal. Nyawa seseorang yang sangat berarti di dalam kehidupan Arion kini telah Kau ambil. Raganya sudah tertimbun tanah dengan balutan kain kafan. Hanya menyisakan kenangan-kenangan masa lalu yang harus diputar kembali.
"Bunda, maafin Arion, Bun." Sedari malam itu hingga sekarang, Arion tak pernah berhenti mengucapkan kata maaf. Rasa bersalah begitu besar. Rasanya dirinya tak bisa tenang. Kepergian yang tiba-tiba sering sekali membuat Arion tak percaya dengan kenyataan yang saat ini menimpanya. Hatinya sakit, dirinya tak bisa jika harus menyembunyikan kesedihan yang begitu besar.
Wanita paruh baya yang sedari tadi menangis dengan memeluk nisan itu beralih memeluk Arion erat. Tangisannya tak bisa ia hentikan. Bahkan dirinya selalu jatuh pingsan berkali-kali karena tak kuat menerima semua ini.
Elang Devran Arkaneth.
Nama yang kini tertera di ukiran nisan. Anak Tasya semata wayang yang kini meninggalkannya untuk selamanya. Anak yang selalu mengisi hari-harinya, anak bandel yang sering sekali membuat lelucon. Anak yang selalu mengatakan akan sukses di suatu saat. Kini nyatanya, dirinya harus kuat melihat raga anaknya untuk tinggal di bawah timbunan-timbunan tanah.
"Bunda ...."
"Maafin Arion. Arion gak bisa selamatin Elang, Bun."
Tasya terisak. Tangannya menyeka air mata tetapi percumah karena air matanya kembali turun. Ibu mana yang akan kuat melihat anaknya yang tak akan pernah lagi muncul di hadapannya.
"Nak, bukan salah kamu. Mungkin ini udah takdir Elang buat pulang ...," ucap Tasya berusaha kuat, meski bahunya bergetar hebat.
Arion memeluk Tasya berusaha menguatkan padahal dirinya juga rapuh. Kenapa sesakit ini ditinggalkan sahabat yang sudah ia anggap kembaran sedari enam tahun lalu. Elang banyak memberi warna di kehidupan Arion yang dulu kelam. Elang ada untuk memberi segala solusi untuk kebingungan Arion sebelum melangkah. Elang yang selalu memberi semangat walaupun kadang terkesan menyebalkan. Elang yang selalu ada saat Arion membutuhkannya.
Elang, kepergianmu sungguh menghilangkan satu titik cahaya terang di kehidupan Arion. Titik cahaya yang amat berarti, titik cahaya yang bisa membuat Arion bersinar di dalam gelapnya masa suram Arion saat itu.
Masih dalam pelukannya, Arion menatap sendu kuburan Elang. Kenapa secepat ini? Arion tak ingin kehilangan Elang, dan Arion juga tak ingin kejadian kemarin terjadi. Bila bisa merubah takdir, mungkin Arion akan menjadikan takdirnya untuk bisa hidup bahagia dan sukses mengejar cita-cita bersama Elang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married for a will [END]
Novela JuvenilTentang kehidupan Vella, gadis SMA yang harus menikah dengan lelaki bernama Arion. Pernikahan yang diawali karena adanya sebuah pesan terakhir dari sang kekasih yang telah kembali kehadapan sang maha Kuasa. Juga sudah memang sebuah rencana dari ked...