C h a p t e r ~ 60 √

28.2K 2.1K 61
                                    

HAPPY READING❤

Aku mau tanya dulu nih, kalian dari kota mana?

Siapa yang di sini suka konflik ringan?

Dan siapa yang di sini suka konflik berat?

Biar aku bisa tau kalian nyamannya konflik seperti apa.

Yang kenal Jeno NCT, itu pacarku ya. ( .◜‿◝ )

CMIIW~

••••

Bau harum obat-obatan menyeruak membuat wanita yang tengah terbaring di brankar rumah sakit kini perlahan membuka matanya. Tangannya memegangi kepala yang mendadak pusing. Cahaya lampu ruangan sedikit menghalau penglihatannya.

Vella mengeriyit begitu pandangannya mengedar. Mengapa ia berada di rumah sakit saat ini? Dan, sejak kapan tangannya diinfus.

Begitu dirinya hendak bangkit merubah posisi menjadi bersandar. Pintu terbuka menampakki seorang wanita paruh baya yang Vella tak kenal. Wanita paruh baya itu menghampiri Vella, dan membantu Vella mencari posisi yang benar.

"Mbak Vella udah mendingan?" tanya wanita itu.

"Maaf jika lancang, Ibu siapa, ya? Vella baru lihat Ibu soalnya."

Wanita paruh baya itu tersenyum kikuk. "Saya pembantu baru di rumah Mbak Vella dan mas Arion, Mbak. Nama saya Arum, panggil saja Bi Arum."

Vella mengagguk paham. Tumben sekali Arion mau menggunakan pembantu untuk membantu di rumah.

"Mbak Vella mau minum?" tawar bi Arum seraya mengambilkan segelas air putih yang sudah disediakan di atas nakas. Vella menerima dan meneguknya perlahan. Tenggorakannya kering karena semalaman terus menangis hingga tertidur. Tapi sekarang, dirinya bangun sudah berada di rumah sakit. Aneh.

"Bi, kenapa Vella ada di sini?" tanya Vella setelah mengembalikan gelas tadi ke bi Arum.

"Itu, Mbak. Tadi pagi pas saya dateng buat mulai kerja, terus saya ke kamar Mbak Vella buat ngambil pakaian kotor dan saya manggil Mbak Vella berkali-kali tapi nggak ada yang jawab. Saya khawatir saat itu karena udah siang, tapi Mbak belum bangun-bangun. Pas saya buka pintunya ternyata nggak kekunci. Terus saya gak sengaja lihat Mbak Vella menggigil dan muka Mbak Vella pucat, jadi saya bawa Mbak ke rumah sakit sama supir."

"Bibi minta maaf kalo lancang masuk ke kamar Mbak gitu aja, ya," sambung bi Arum tak enak.

Vella mengangguk mengerti. Mungkin efek ia tidak makan seharian dan hanya makan satu lembar roti kemarin. Wanita itu tersenyum tipis dan mengelus bahu bi Arum seolah tidak masalah.

"Gak papa, Bi. Justru Vella makasih sama Bibi karena udah nolongin Vella."

Bi Arum tersenyum mendengarnya.

"Oh iya, Bi. Apa Arion tau saya sakit?"

"Tau, Mbak. Tadi mas Arion udah saya telfon dan kasih tau kalo Mbak Vella sakit."

"Loh, emang dia ke mana kok harus ditelfon?"

Bi Arum terdiam sesaat menatap majikannya yang nampak bingung.

Married for a will [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang