HAPPY READING❤
CMIIW~
•••••
Vella malam ini berada di rumah orang tuanya, hanya untuk sekedar berkunjung dan melepas rindu. Berkat merengek karena sulit membujuk Arion yang tak memperbolehkannya, alhasil Arion pun menyerah dan mengizinkan. Tapi tidak hanya memberi izin, cowok itu juga ikut pergi mengantarkan Vella dan ikut mengunjungi mertuanya. Ia tak mau, dirinya dibilang suami yang tak bertanggung jawab nanti jika Vella datang sendiri tanpa ia antar.
Di sini, di ruang tamu rumah mewah keluarga Dirgantara. Vella, Arion, Seyla dan juga ayah Vella tengah duduk santai sembari mengobrol. Alen entah ke mana, ibunya dan juga Anara tengah pergi untuk kumpulan arisan.
Arion duduk sendiri di sofa panjang, sedangkan Dirga---ayah Vella duduk di single sofa. Vella sendiri duduk sembari mengobrol banyak dengan kakak iparnya sembari mengelus perut berisi yang nampak besar.
"Kakak masih sering ngidam nggak?" tanya Vella. Dirinya tak tahu kapan ibu hamil mengidam ataupun lainnya.
Seyla yang ditanya menggeleng. Saat kandungannya menginjak lima bulan ia sudah tidak terlalu sering meminta banyak hal, berbeda saat kandungannya masih memasukki usia rentan, ia sampai membuat Alen kewalahan menuruti kemauannya. Dan sekarang, umur kandungan tujuh bulan ia hanya sesekali meminta hal ringan, bukan lagi makanan atau hal yang sulit untuk dijangkau, tapi sang suami. Ia hanya ingin suaminya berada di dekatnya. "Udah gak ngidam, paling pengen dipeluk sama calon ayahnya." Vella terkekeh mendengarnya.
Gadis itu sempat berfikir, bagaimana jika ia hamil? Tapi bukankah itu masih lama? Arion bahkan belum mencintainya, jangankan mencintai, menyentuh saja tidak mau. Vella juga tidak mau hamil di usia dini, ia masih belum menyelesaikan pendidikannya. Membayangkan perutnya yang nanti membesar saja ia sudah geli.
"Gak pernah ya, ngidam pengen dipeluk auntynya." Vella membuat raut wajahnya cemberut. Seyla terkekeh melihatnya.
"Gak mau dipeluk Aunty, takut om nya malah," kata Seyla menirukan suara anak kecil.
Vella mengerutkan keningnya. "Siapa om?"
"Ya om Arion dong, masa iya ayah, huh? Ayah kan nanti jadi kakek."
Vella pun mengangguk paham. Iya juga, kalau dia aunty, yang pasti Arion akan disebut om, kalau tidak paman? Vella terkekeh mendengarnya. Belum juga keluar dari perut, ia sudah berharap calon keponakannya akan memanggilnya dengan sebutan itu.
Matanya melirik seorang lelaki di seberang sana yang sedari tadi tengah mengobrol dengan ayahnya. Walaupun Arion lebih banyak diam, tapi lelaki itu masih sopan untuk menjawab dan mendengarkan.
"Kakak nyuruh bang Alen ke mana? Kok dari tadi gak balik-balik?" tanyanya heran sembari melihat sekitar. Sedari tadi, saat ia datang hampir setengah jam, ia sama sekali tak mendapati abangnya.
Seyla terkikik. "Ada, dia lagi di dapur."
"Ngapain?"
"Kakak suruh abangmu buat masakin cumi goreng, abis Kakak kangen banget makan cumi."
Mata Vella membulat tak percaya. Ini kakaknya loh? Alen sangat anti yang namanya dapur. Lelaki itu sama sekali tak pernah memasak. Paling hanya satu kali, itu pun hanya merebus air untuk membuat kopi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married for a will [END]
Teen FictionTentang kehidupan Vella, gadis SMA yang harus menikah dengan lelaki bernama Arion. Pernikahan yang diawali karena adanya sebuah pesan terakhir dari sang kekasih yang telah kembali kehadapan sang maha Kuasa. Juga sudah memang sebuah rencana dari ked...