HAPPY READING❤
CMIIW~
••••
Arion kini tengah memakai sepatu. Pagi ini dirinya sudah siap untuk bersekolah. Walaupun tampilannya tak bisa dibilang rapih, itu malah menambah kesan ketampanannya.
Cowok itu menyempatkan diri untuk bersantai di sofa ruang televisi. Keningnya mengerut bingung saat tak mendapati gadis yang selama ini tinggal berdua bersamanya.
Hachim!
Di sana, Arion dapat melihat Vella tengah menuruni anak tangga. Ia menatap heran gadis itu. Yang membuatnya heran adalah Vella turun dengan badan mungil yang terbaluti selimut tebal. Jalannya pun sempoyongan.
Arion tak heran dengan suara bersin Vella. Semalam, tepatnya saat Vella pulang dari pemakaman, gadis itu pulang dengan keadaan yang basah kuyup dan bersin yang terus menerus. Tapi dengan cueknya, Arion tak mempertanyakan dan tak peduli. Cowok itu malah bergumam 'bodoh' membodohi Vella yang tak membawa mobil sendiri.
"Kamu belum berangkat?" tanya Vella yang kini berjalan ke arah dapur entah akan berbuat apa.
"Mata lo udah tau gak usah nanya," balas Arion menumpukan satu kakinya ke atas kaki yang lain.
Vella sudah maklum dengan jawaban itu. Gadis itu mengambil minum untuk ia teguk, tenggorokannya terasa serak sekali.
Hachim!
Lagi-lagi, Vella bersin sembari mengucek hidungnya yang memerah. Inilah dampak bila ia hujan-hujanan.
Arion berjalan ke arah dapur untuk mengambil ransel yang berada di kursi meja makan. Cowok itu tadi sempat membuat kopi yang memang selalu ia buat bila di pagi hari.
"Arion, aku gak sekolah," lirih Vella sembari menyanggah tubuhnya di meja makan.
Arion menggendong ranselnya di bahu sebelah kiri. "Terus?"
"Aku titip surat izin ya, mau 'kan kamu kasih ini ke Karisa?" Vella menatap Arion penuh harap.
Arion menghela nafasnya. Ia mengangguk merasa sedikit kasihan bila gadis itu nanti akan dialfa. Ia menatap Vella yang tampilannya tampak kacau. Selimut tebal yang menutupi tubuh mungilnya, dan juga rambut yang terlihat acak-acakan. Jangan lupa dengan bibir pucat dan hidung yang memerah. Satu lagi, di rambut gadis itu terdapat sisir yang menyangkut, entah disengaja atau tidak oleh gadis itu.
"Mana surat lo?"
Seolah tersadar akan kertas yang tadi sempat ia tulis di dalam kamar, Vella pun mengambilnya dari saku piyama yang ia gunakan. "Ini, makasih ya."
Arion mengangguk. Merasa sudah tidak ada lagi yang perlu cowok itu lakukan, Arion memilih pergi untuk ke sekolah. Namun, tangan kecil Vella memberhentikan langkahnya.
"Ini hari Senin, Arion. Nanti bakal upacara, seragam sama tampilan kamu itu loh," omel Vella menatap tampilan Arion yang nampak urakan.
Arion menatap tampilannya sendiri, tidak ada yang salah. Ia sudah biasa begini. Tapi itu tidak berlaku untuk Vella. Gadis itu nampak risih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married for a will [END]
Teen FictionTentang kehidupan Vella, gadis SMA yang harus menikah dengan lelaki bernama Arion. Pernikahan yang diawali karena adanya sebuah pesan terakhir dari sang kekasih yang telah kembali kehadapan sang maha Kuasa. Juga sudah memang sebuah rencana dari ked...