HAPPY READING❤
Khusus bab ini sebagian kata dihapus ya. Untuk menghilangkan kalimat vulgar, tapi ini masih masuk akal kok kalo dibaca. Asal kalian paham aja, hehe.
Terimakasih atas pengertiannya.
••••
Arion terkekeh melihat wajah kesal istrinya. Ia mendekat, meraih tubuh Vella, lalu memangku Vella dengan posisi ia yang berada di belakang, dan Vella membelakanginya."Jangan macem-macem!"
"Enggak, Sayang. Aku cuma bantu kamu sabunan."
"Bener, ya?" ucap Vella masih tak percaya. Takut-takut Arion memang sungguhan dengan perkataannya tadi.
Arion mengangguk. "Semalem udah cukup. Aku gak mau kamu kesakitan. Makasih banget ya. Karena kamu udah mau kasih aku sesuatu yang selama ini kamu jaga. Kamu ikhlas 'kan, Vell? Aku takut kalo kamu terpaksa."
Vella menolehkan kepalanya ke belakang. Melihat raut Arion yang kini berubah sendu membuatnya tersenyum. "Arion. Aku gak terpaksa. Ini memang udah jadi hak kamu. Sekarang, segala keinginan kamu memang harus aku turuti. Menjadi istri yang penurut sama suami memang udah jadi kewajiban aku. Hakku adalah hak kamu."
Arion tersenyum lebar mendengar perkataan tulus yang diucapkan Vella. Ia benar-benar bersyukur memiliki Vella. Tak menyangka, wanita yang selama ini ia cintai sudah menjadi haknya di masa depan nanti.
"Aku gak tau mau bilang apalagi selain makasih dan ...." Arion menjeda ucapannya.
"Apa?"
"Aku cinta kamu."
••••
Vella memasukki kelas setelah Arion mengantarkannya sampai ke depan pintu. Gadis itu meletakkan ransel birunya di atas meja. Lalu duduk dengan tenang. Ia tidak ingin banyak bergerak, apalagi berjalan.
"Selamat pagi, Manis," sapa Galang pada Vella. Namun, bukannya Vella yang menoleh ke belakang, tetapi malah Karisa.
"Dih, sejak kapan lo jadi buaya?"
"Gue manusia. Lo jadi orang gak usah sirik."
"Sirik-sirik palelo. Vella aja kagak nyaut, wleee."
Galang menoyor kepala Karisa ketika gadis itu menjulurkan lidahnya. "Dia nyaut dalem hati."
"Dih, berharap sekali Anda," cibir Karisa.
Galang hanya mendengkus. Ia pun menatap punggung Vella.
"Vell, gue pinjem buku tugas yang kemarin bisa?"
Vella yang tengah duduk mengerutkan keningnya. Ia hanya sedang berfikir, di mana ia meletakkan buku tugas itu.
Vella mencoba merogoh tasnya, mencari buku tugas kelompokkan antara dirinya, Galang dan Karisa.
Seolah Galang mengetahui kebingungan Vella, ia pun berucap, "Di laci lo seinget gue."
Karisa ikut membantu mencari, ia menggeledah laci Vella tetapi tubuhnya mendadak kaku saat tangannya tak sengaja menyentuh sesuatu yang asing sekali.
Gadis itu mendongak menatap Vella dengan pandangan yang sulit diartikan. Vella mengerutkan keningnya bingung.
"Kenapa?" Vella hendak menunduk untuk melihat sesuatu yang mendadak membuat Karisa terdiam. Tetapi Karisa dengan cepat mencegah.
"Diem, Vell. G-gue." Karisa menarik nafas, "gue nemuin sesuatu yang aneh di laci lo."
Karisa menggenggam sesuatu yang aneh itu untuk memperjelas. Lalu ia perlahan mengeluarkan tangannya.
"Aaaaaa, ular!"
Karisa memekik bersamaan dengan tangannya yang refleks melemparkan seekor ular itu ke arah Vella. Vella sontak terkejut begitu ular tadi tak sengaja mengenai dirinya dan terjatuh di atas rok.
Wanita itu berteriak dan langsung bangkit dari duduknya. Dadanya naik turun melihat bangkai ular yang mati dengan beberapa sayatan sepertinya karena pisau.
Chelsi yang berada di bangku belakang itu menghampiri Vella. Matanya membulat, sontak ia menjauhkan Vella dari ular tersebut. Tak hanya mereka, semua murid yang ada di dalam kelas pun terkejut.
"Kenapa di laci lo ada ular?" tanya Karisa begitu semuanya hening melihat kejadian tadi.
Semua atensi menatap Vella, dan Vella yang merasa terpojok menggeleng. "G-gue gak tau."
Chelsi menggeram. Pasti ada seseorang yang sengaja memasukkan ular itu ke laci Vella. Lalu matanya tak sengaja mendapati segulung kertas kecil yang terikat di badan ular tersebut. Gadis itu membungkuk. Tanpa rasa takut ataupun jijik, ia mengambil segulung kertas itu.
Tak memiliki waktu untuk membaca, Chelsi lebih memilih untuk mengantongi kertas tadi di saku seragamnya. Biarkan ia membacanya nanti.
"Galang. Tolong buangin ularnya sih!" pinta Karisa kepada Galang yang sedari tadi diam menatap Chelsi yang begitu biasa mengambil kertas tadi.
"Woi, Galang Ferlando! Lo budek ya? Buangin itu ularnya." Karisa kembali berteriak. Ia masih ketakutan saat ini.
Galang tersadar. Lalu ia menatap Karisa tajam. "Kenapa nyuruh gue? Lo bisa buang sendiri, kan?"
"Gak mau. Gue takut!"
"Ularnya udah mati, lo gak akan kena gigit," ujar Galang santai.
Chelsi berdecak malas. Daripada lama-lama, mending dirinya saja yang membuang. Tetapi sebelum itu ia mengangkat tinggi-tinggi ular berukuran sedang itu di atas udara. Menatap semua yang berada di dalam kelas dengan tatapan dinginnya.
"Gue yakin, orang yang masukin ular ini ke dalem laci Vella ada di antara kalian semua. Dan, gue rasa lo yang berbuat ini bukannya membuat Vella terancam tapi malah mengundang masalah buat diri lo sendiri."
Kreek!
Semua yang ada di dalam kelas membulatkan matanya begitu Chelsi meremas ular tadi dengan erat. Lalu gadis itu berlalu keluar untuk membuang ular tadi di tong sampah.
•••••
To be Continue ....
Di part ini udah ada spoiler loh, kalian nemuin nggak?
Jangan lupa vote dan komen<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Married for a will [END]
Roman pour AdolescentsTentang kehidupan Vella, gadis SMA yang harus menikah dengan lelaki bernama Arion. Pernikahan yang diawali karena adanya sebuah pesan terakhir dari sang kekasih yang telah kembali kehadapan sang maha Kuasa. Juga sudah memang sebuah rencana dari ked...