C h a p t e r ~ 04 √

34.7K 3K 51
                                    

HAPPY READING

CMIIW~

•••

"Arion, kamu mau ke mana?" tanya Vella saat baru saja turun dari tangga dan mendapati Arion tengah mengambil kunci motor di atas meja televisi.

"Bukan urusan lo," balas Arion ketus.

Vella ikut keluar rumah untuk melihat Arion yang ingin pergi entah ke mana. Hari sudah malam, jam menunjukkan pukul 20:15 tapi cowok itu nampak terburu.

"Kamu gak makan dulu?"

Cowok yang tengah memanasi motor itu berdecak malas. "Lo bisa gak usah tanya mulu?"

Vella menggeleng. "Gak bisa. Soalnya kamu juga gak mau ngomong," ujar Vella.

"Pertanyaan lo gak bermutu buat gue."

"Terus, menurut kamu pertanyaan yang bermutu itu kayak gimana?"

"Lo punya otak ya mikir!" kesal Arion. Dari pada berlama-lama dengan Vella yang menurutnya malam ini bersikap bodoh. Ia pun pergi dengan motor hitamnya.

Arion bingung sendiri. Setau ia dulu, Vella adalah gadis yang dewasa dan jarang bertanya. Gadis itu juga tegas jika kadang di sekolah tengah menegur ataupun sekedar bertindak dalam menghadapi kenakalan murid. Tapi kenapa Vella sekarang sangat berbeda. Gadis itu sebenarnya tidak polos, otaknya cepat tanggap.

Vella menatap kepergian Arion. Gadis itu masih memikirkan ke mana perginya cowok itu. Ia takut Arion mengikuti pergaulan bebas di luaran sana. Vella tak mau Arion akan terjerumus bahaya.

Vella rela dianggap bodoh jika itu menyangkut untuk menarik perhatian Arion. Ia dan Arion tak pernah bicara banyak. Arion selalu saja tak punya waktu di rumah. Bila ada waktu pun cowok itu pasti akan memilih sibuk sendiri dengan ponsel.

••••

"Gue tadi siang ketemu sama Flora di Mall," kata Karisa.

"Ngapain tuh anak di sana?" tanya Galang.

"Bodoh banget sih lo! Ya belanja lah, lo kira ke Mall buat ngelayat," gerutu Karisa.

Vella hanya terkekeh kecil menatap layar laptop yang menampilkan wajah kedua sahabatnya. Mereka tengah melakukan videocall yang memang selalu dilakukan jika ada kepentingan ataupun hanya karena bosan.

"Ye, maemunah. Ke Mall juga bisa kali selain belanja, lo bisa makan, bisa main di timezone," cibir Galang.

"Lah, entu tau! Ngapain tanya wahai bagong!"

Memutar bola matanya malas, Vella merasa debat ini tidak akan selesai.

"Eh, lo pada udah ngerjain PR?" tanya Vella mengalihkan topik tadi.

"Belum. Gue sengaja videocall kalian buat nyontek tuh tugas," celetuk Karisa yang sudah dihafal kelakuannya oleh Vella dan Galang.

Memang Karisa lah yang paling sering memulai untuk videocall. Jika tidak diangkat, gadis itu akan selalu mencoba berulang kali sampai kedua sahabatnya kesal sendiri.

Married for a will [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang