C h a p t e r ~ 69 √

22.3K 1.7K 191
                                    

HAPPY READING❤

Sudah siap kan buat baca part ini?

Bismillah~

CMIIW~


••••

Mobil yang ditumpangi Vella bersama supir kini berhenti tepat di gang komplek perumahaan yang lumayan jauh jaraknya dari rumah Vella. Wanita itu melepas seat beltnya, lalu memasang sling bag yang ia bawa.

"Pak Adi. Saya turun di sini aja ya. Soalnya udah janjian sama temen. Nanti kalo misal Arion telpon Bapak, Pak Adi jawab aja Bapak yang nganterin saya sampai ke alamat, okay!"

Pak Adi notabenya supir baru yang diutus Arion itu mengangguk paham. "Baik, Mbak Vella."

Vella tersenyum lebar. Setelah itu ia keluar dari mobil. "Hati-hati, Pak Adi."

"Iya, Mbak. Saya tinggal dulu, Mbak Vella juga hati-hati." Mobil melaju meninggalkan bunyi klakson sebagai tanda perpisahan.

Setelah sepenuhnya mobil yang dibawa pak Adi pergi, Vella mencari di mana Galang berada. Sore tadi ia sempat menghubungi Galang dan memberi tahu bahwa mereka akan bertemu di gang komplek saja.

Matanya mendapati Galang yang tengah duduk di atas motor tak jauh dari area jalanan. Lalu kaki jejang Vella melangkah menghampiri cowok itu.

"Hai, Galang!"

Galang sedikit terjengkit ketika bahunya ditepuk dari belakang. Cowok itu menoleh dan akhirnya pun memasang senyum lebar begitu melihat Vella yang sudah datang.

"Mau berangkat sekarang?" tanya Galang memastikan. Vella pun mengangguk.

"Keburu Karisa tidur nanti. Lagian, kita seharusnya ke rumah Karisa itu siang aja abis pulang sekolah tadi, kenapa harus malem coba? Mana jam delapan lagi."

Galang terkekeh mendengar omelan wanita itu. "Kalo main malem suasananya lebih enak, Vell. Pasti keluarga Karisa lagi ngumpul, jadi bisa tuh kita bujuk Karisa biar gak jauhin lo terus."

"Yaudah, ayo!"

Galang memberikan Vella helm cadangan miliknya. Setelah Vella memasang helm dengan benar, ia mengulurkan tangannya untuk membantu Vella naik ke atas motor. Begitu Vella sudah duduk tenang, Galang perlahan menjalankan motor sportnya.

Di perjalanan, udara dingin langsung menyengat tubuh Vella. Seharusnya Vella menggunakan jaket jika ingin keluar tetapi dirinya malah melupakan pakaian tebal yang bisa melindunginya itu.

"Gue gak nyangka suami lo bakal ngizinin lo pergi, Vell," ucap Galang memecah keheningan mereka berdua di tengah keramaian jalan.

"Gue sendiri malah ngerasa berdosa. Soalnya gue bohong, ya walaupun sepenuhnya gak berbohong sih."

"Emang lo bohong gimana?"

"Gue bilang gue perginya dianter supir, padahal memang bener. Tapi 'kan supir cuma nganterin sampe setengah jalan."

Galang terkekeh pelan. Tak lama, motornya berbelok pada gang yang nampak asing bagi Vella.

Married for a will [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang