C h a p t e r ~ 28 √

31.4K 2.5K 39
                                    

HAPPY READING

CMIIW~

••••

Vella meringis begitu sakit di kepalanya kembali menyerang. Gadis itu perlahan membuka mata sembari memegang sisi kepala dengan tangan sebelah kiri.

Setelah matanya terbuka sempurna. Ia malah menatap langit-langit dengan tatapan menerawang. Ia baru saja mimpi buruk. Mimpi yang membuatnya tak percaya dan tak ingin terima. Di dalam mimpi, Arion datang dan menyerahkan sebuah surat. Vella sempat senang menerimanya. Namun, saat membaca, seketika dunia gadis itu runtuh.

Arion memberikannya surat perceraian.

Kenapa? Kenapa harus memimpikan hal itu? Apakah tidak ada mimpi indah untuknya saat bersama Arion. Vella tak akan mau bila mimpi itu menjadi kenyataan. Vella sungguh menolak. Walaupun dirinya belum yakin dengan perasaannya terhadap Arion, tapi Vella tidak mau berpisah dengan sosok laki-laki yang telah menjabat sebagai suaminya itu. Orang yang akan bertanggung jawab besar terhadapnya. Orang yang telah mengucap janji dihadapan kedua belah pihak keluarga, penghulu, dan Tuhan yang maha kuasa.

Tanpa sadar, sebulir air bening turun dari kelopak mata gadis itu.

Vella menggerakkan tangan kanannya untuk menghapus air mata, tetapi kenapa sulit? Ia merasakan jari-jari tangannya dililit oleh sesuatu.

Perlahan, kepalanya menoleh walau rasa sakit kepalanya menyerang. Seketika dadanya sesak, bibirnya mengantup menahan isakan.

Tangannya tengah digenggam oleh sosok yang ia kenal. Sosok berrambut hitam legam yang tertidur dengan posisi duduk serta kepala yang berada di atas brankar.

Sosok yang ia tunggu ada di sampingnya. Menggenggam tangannya erat, dengan mata yang tengah terpejam.

Tangis Vella pecah begitu saja. Ia tak kuasa menahan. Kenapa ia cengeng sekali? Ia hanya merindukan Arion.

Ya, dia rindu Arion. Sosok yang sekarang berada di sampingnya. Ia mengakui itu.

Suara isak tangis yang begitu kencang membuat sosok laki-laki dengan rahang sempurnanya itu sedikit terusik. Perlahan kelopak matanya terbuka menampakkan bola mata coklat gelap yang selalu mengeluarkan aura tajam.

Arion langsung terduduk saat melihat gadis yang tengah berbaring di brankar menangis tersedu-sedu.

"Ssstt, kenapa, hm?"

"Arion ...." Vella beringsut memeluk tubuh Arion erat ketika berhasil bangkit dari bankar. Ia menangis kencang menumpahkan rasa khawatir yang selama ini menghantuinya.

"Gue di sini. Jangan nangis." Arion menepuk-nepuk punggung Vella yang bergetar. Gadis itu memeluknya erat seolah tak mau kehilangan.

"Gak bisa. Ke mana aja selama ini? Ke-kenapa gak pulang-pulang?" tanya Vella yang masih betah memeluk Arion.

"Gue kerja. Cari nafkah buat lo dan calon anak-anak kita nanti," kata Arion dengan nada rendahnya. Ia mengusap kepala Vella, mencoba menenangkan. Namun, bukannya tenang, usai mengucapkan kalimat tadi, Vella tambah menangis kencang.

"Kamu." Vella menarik ingusnya, "Kamu jahat, Arion. Kamu gak ada kabar sejauh ini. Kamu gak bilang kalo bakal pergi selama itu. Aku khawatir tau."

Married for a will [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang