C h a p t e r ~ 34 √

29.6K 2.3K 27
                                    

HAPPY READING

CMIIW~

••••


Malam ini, Vella duduk di kursi pantry sembari menatap lekat sosok cowok di depannya. Arion tengah mengerjakan sesuatu yang Vella tak tahu apa itu. Yang pasti, sedari jam delapan malam tadi, Arion selalu duduk menghadap laptop dengan beberapa map yang berada di sampingnya. Cowok itu memang memilih kursi pantry, dan Vella yang melihat memutuskan untuk mengikuti di mana pun cowok itu pergi.

Walaupun bosan karena tak ada pembicaraan di antara mereka. Hanya Vella yang sedari tadi berceloteh.

Diteguknya susu coklat yang Vella buat. Tubuh mungilnya ia baluti selimut tebal yang hampir menenggelamkan semua bagian tubuh kecuali kepala. Malam ini memang cuaca sangat dingin, akibat hujan yang kembali turun.

"Arion."

Tak ada jawaban. Bahkan lirikan pun tak ada.

Vella mencolek tangan kokoh cowok itu. "Ngomong dong. Minimal say hello, Vella. Gituuu." Gadis itu menaik turunkan alisnya menunggu jawaban. Tapi bibirnya langsung tertarik kebawah saat Arion kembali tak merespon.

Vella tambah menenggelamkan badannya di selimut dengan pipi yang ia sandarkan pada meja. Bibirnya mengerucut sembari menatap lekat susu coklat yang berada di samping kepalanya.

"Arion, kamu mau susu?" Gadis itu mengangkat kepalanya lagi. "Cuaca dingin, minum yang hangat-hangat itu perlu," lanjutnya.

"Lo diem bisa?" Arion menatap Vella jengah, ia pusing mendengar berbagai pertanyaan serta ucapan padahal dirinya tengah sibuk.

Vella menghembuskan nafas. Ia melompat turun dari kursi dan pergi setelah meneguk habis segelas susu tadi dengan menatap Arion sebal. Mulutnya komat kamit dengan alis yang mengerut.

Arion melirik kepergian gadis itu. Ia menggeleng heran. Berapa umurnya? Kenapa seperti anak kecil saja. Sangat menggemaskan. Ingin rasanya Arion mencoba melempar gadis itu dari atas tangga lantai dua. Mungkin, Vella dengan selimut tebalnya itu akan menggelinding.

"Arion! Aku tidur ya," pamit Vella dari atas tangga.

Lagi, Arion tak menjawab.

"Ih Arion. Kok diem aja sih? Betah ya pura-pura gak peduli, huh?"

Arion langsung menoleh mendengar kata itu. Apa? Pura-pura tidak peduli? Maksud gadis itu apa?

"Kapan gue peduli sama lo? Gak pernah!"

"Gak boleh tauk ngegedein gengsi," cibir Vella.

"Gengsi lo bilang?" Cowok itu sepenuhnya berdiri menghadap Vella dari kejauhan. Matanya memincing.

"Iya! Kamu kan gengsian. Padahal isi hati pengen ini tapi mulut bilang itu, dasar. Cowok itu gak boleh gengsi. Malu sama cewek yang banyakan pede!"

Lah, bukannya kebalik?

"Maksut lo apasih?!" Arion merasakan sedikit kejanggalan. Ia rasa dibalik kata-kata itu, Vella seperti mengetahui sesuatu tentangnya dan menyindirnya lewat kata 'gengsi'.

Married for a will [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang