49. Gotcha!

1.9K 107 11
                                    


Kresna segera menarik Valerie ke dalam pelukannya. Ia hampir saja melalukan hal yang tak diinginkan. Kresna tolol telah membangun perasaan trauma Valerie. Memeluk sangat erat. Tidak mempedulikan Valerie memukul dadanya keras.

"I'm so sorry, Valerie." Lirihnya penuh sesal.

"Lepasin gue!" Valerie berusaha mendorong tubuh Kresna. Namun, tenaga Kresna lebih besar darinya. "Gue nggak mau sama cowok yang kalau marah bentak-bentak! Gue nggak mau! Gue takut!"

"Don't say like this, Val. Please, forgive me." Kresna semakin erat memeluk Valerie, "Gue ngaku, gue salah, Val. Please, give me one chance untuk menggantikan kesalahan gue."

"Gue nggak mau lo berbuat kayak dia, Kresna! Don't do it again." Lirihnya memukul dada Kresna berkali-kali.

Kresna mengecup kepala Valerie, meminta maaf tanpa henti kepadanya.

Valerie hanya menangis, menjatuhkan kepalanya pada dada Kresna.

"Gue kelepasan. Nggak seharusnya gue bentak lo. Nggak seharusnya gue abaikan lo. Dan nggak seharusnya gue nuduh yang nggak-nggak. Gue salah, Valerie."

Valerie semakin menangis, pukulannya perlahan berhenti. Kresna mengelus punggung serta mengecup rambutnya berkali-kali.

"Gue minta maaf. Benar-benar minta maaf, Val."

Valerie memeluk tubuh Kresna erat. Pertengkaran hebat ini tanpa disadari disaksikan oleh Zeroun yang berdiri jauh dari mobil mereka.

Tak ada senyum puas khas di wajah Zeroun. Ia hanya menatap datar, menghela nafas gusar, seperti ada sesuatu yang tidak biasa di dalam hatinya.

Setelah tangisan Valerie reda. Kresna membawanya masuk mobil. Tangan Kresna tak pernah lepas menggenggam tangan Valerie, meksipun ia harus menyetir dengan satu satu tangan.

Valerie diam, menyandarkan kepalanya di jendela seraya menatap jalanan. 

"Mau lanjut makan?" Tanya Kresna mengecup tangannya, sesekali menatap Valerie.

"Pulang."

Kresna tersenyum, ternyata Valerie masih marah, "Apartemen atau rumah?"

"Rumah."

Kresna mengangguk sambil tersenyum, ia kembali mengecup tangan Valerie. Kresna diam, tidak ingin menambah suasana menjadi rusak.

Sesampainya di parkiran Rumah kediaman Payne. Valerie melepas seatbelt. Menatap Kresna yang tengah menatapnya lembuh namun tersirat rasa penyesalan.

Valerie mengecup bibir Kresna, ia tersenyum sangat tipis. Valerie juga tidak bisa terlalu lama mendiamkan seorang yang ia sayang.

"I'm so sorry."

Valerie mengangguk, ia merasa Kresna sedang sembunyikan sesuatu darinya. Kresna sangat apik dan mampu memanipulasi keadaan di balik sifat kerasnya.

Memang setelah mabuk berat kemarin sebelum keberangkatan ke Bali. Sikap Kresna lebih temperamental. Valerie tidak akan meminta atau menanyakan apa yang terjadi. Ia akan menunggu sampai Kresna tenang terlebih dahulu.

"I'm still here for you." Ucap Valerie menyiratkan sebuah makna dalam. Kresna peka, jika sang pujaan hatinya ingin mengetahui apa yang terjadi. Namun, Kresna belum siap.

Kresna tersenyum, ia kembali mengecup. Mengucapkan kalimat manis sebelum mereka berpamitan.

Kresna membuka kaca mobil saat Valerie berdiri di samping pintu mobilnya, "Besok nonton pertandingan Basket. Gue harap lo ada."

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang