77. Nothing Change

990 120 143
                                    


Felicite tak pantang menyerah, ia slalu pergi ke rumah Valerie setelah latihan Ballerina. Meminta untuk membukakan pintu, mengajak makan siang, bahkan Felicite tidak peduli seberapa keras sifat Valerie menolaknya. Ia harus bertemu.

"Kak Mica...." teriaknya penuh semangat, "Fizzy datang lagi. Fizzy besok tampil lomba." ia greget sendiri, "Fizzy degdegan, Kak Mica."

Felicite duduk bersila di hadapan pintu kamar Valerie. Zeroun berada di samping Felicite, menemani sang Adik.

"Pokoknya! Besok kalau Kak Mica nggak datang. Fizzy bakal gobrak pintu." tegasnya tidak main-main, "Bakal Fizzy suruh Kak Al, Kak Asa, Kak Ze sama Kak Aul juga. Mereka bakal narik Kak Mica keluar kamar."

"Bener!" jawab Zeroun menepuk tangan sekali tepukan, "Kita bakal paksa Kak Mica."

"Tuhkan, denger. Kak Ze aja bakal bantuin Fizzy." ia bangga karena memiliki teman, "Kak Micaaaaaa!" teriaknya cempreng, "Fizzy lagi makan eskrim taro kesukaan Kak Mica. Biasanya Kak Mica slalu gampang dibujuk kalau ada Eskrim Taro."

Xaverio menunduk di lantai bawah, duduk menyandar pada dinding sofa seraya mendengar cuitan Felicite.

Auris menyimpan es kopi di depan meja, ia memegang kedua tangan Xaverio yang terkepal satu sama lain.

Xaverio menatap Auris lemah. "Nanti Mica bakal keluar, Mica butuh sendiri." ucap Auris tenang.

"Hampir sepuluh hari dia nggak keluar kamar, Aul." jelasnya frustasi, "Gue nggak bisa berhenti mikiran dia. Dia lagi apa di kamar selama sepuluh hari."

"Mica bisa berminggu-minggu hibernasi di kamar, Xav. Dia nggak bakal lakukan hal yang bodoh. Mica mungkin sekarang lagi mikirin apa yang telah terjadi untuk membuat ke depannya lebih baik."

"Kondisinya dia dalam keadaan nggak baik."

"Gue yakin, Mica baik-baik aja. Dalam keadaan asupan nasi masih ia terima. Gue terbilang cukup lega, kalau dia sampe mogok makan, bisa-bisa gue main kasar, Xav."

Xaverio mengangguk, "Asupan makanan tepat waktu nggak pernah terlewat. Mica cuma nggak mau ketemu siapapun. Bibi Tere aja ngak diizinin masuk Kamar."

Auris mengelus punggung tangan Xaverio, "Kalau dia besok masih gini. Serahin sama gue. Gue yang bakal turun langsung." tegasnya serius menatap coklat legam Xaverio.

Xaverio terdiam beberapa saat, hingga ia menarik Auris dalam pelukannya, "Gue yakin lo bakal bisa bujuk Mica."

"Akan gue usahakan." Auris mengelus punggung Xaverio.

Langkah Albar harus terhenti melihat pemandangan yang sangat tidak mengenakkan. Menyimpan kresek makanan dengan kasar di atas meja. Membuat Xaverio dan Auris menatap Albar, perlahan Xaverio melepaskan pelukannya. Namun Auris tetap duduk di samping Xaverio.

Tatapan Albar jatuh pada tubuh mereka yang menempel tanpa celah. Ia membuang arah, "Nasi padang nggak ada, gue ganti sama nasi goreng seafood." ketusnya jalan ke lantai atas untuk menemui Kakak Beradik.

Xaverio mengambil box makanannya, "Thank you, Abang GoFood."

"Kak Mica..." panggil Felicite lagi, "Fizzy makan di bawah dulu ya. Ini Makanan buat Kak Mica, Sekarang Kak Al yang beliin makanan kita."

Albar menyimpan makanan di atas nakas dekat pintu kamarnya.

"Terimakasih, Fizzy."

Albar dan Zeroun saling pandang. Mereka tersenyum mendengar suara Valerie lagi. Zeroun bangkit, "Kita di bawah, Kak Mica. Kalau ada apa-apa teriak aja." ucap Zeroun seraya mengetuk pintu.

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang