14. DeepTalk ✓

2.5K 162 8
                                    


(Tulip on mulmed)

Tidak ada yang mengetahui jika Kresna menjenguknya. Hanya Tulip yang mengetahui, Liam secara tidak sengaja keceplosan saat Tulip datang sore kemarin. Dan bersyukur tanpa meminta Tulip mengunci bibirnya rapat-rapat.

Masuk sekolah setelah keadaan pulih total. Xaverio merangkul penuh bahu Valerie. Melewati orang-orang yang sedang menatap mereka. Sebagian Siswi penasaran kondisi Valerie setelah kejadian Gudang itu.

Mengantar Valerie masuk kelasnya sampai duduk di kursi.

"Masih pagi!" Keluh Auris sedang memakan salad buah. Rutinitas Auris di Pagi hari yang tak pernah hilang. "Tulip mana? Gue pikir dia bareng kalian."

"Nggak ada kabar pagi ini." Jawab Valerie menerima suapan salad dari Auris.

"Tadi gue ngajak dia, cuma dia katanya bareng Mamanya. Jadi, gue bareng si bocil ini." Sambung Xaverio mengelus rambut Valerie.

Dan benar saja, tak lama Tulip datang dengan senyuman manisnya. Memeluk Valerie dan Auris bergantian sebagai ucapan selamat pagi.

Ada yang aneh Xaverio langsung pamit meninggalkan kelas IPA 2 tanpa mengucap sepatah kata.

Sontak Valerie dan Auris mengerut. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua.

"Ada masalah?"

"Jangan dulu ghibah!" Tuntut Auris memegang perutnya. "Astaga! Perutku tiba-tiba mules. Gue kira Mamih nggak pake buah mangga!" Rengek Auris melihat wadah buahnya.

Valerie mendelik, Tulip memegang bahu Auris seraya bertanya tentang kondisinya.

"Aaaaaah shit! Gue ke toilet dulu!" Auris bangkit dengan suara kentut meninggalkan kelas koncar-kancir.

"BIJANGAN!"
"SIAPA YANG KENTUT WOY?!"
"AURIS PANTATNYA KERLAP-KERLIP! BAU IH!"

Tulip terkekeh mendengar protesan temen sekelasnya. Lalu menatap Valerie menggoda.

"Why you look at me like that? Huh?"

"Don't you dare, Mica. I know. How's feel dijenguk sama musuh tercinta?"

Valerie mendecih, "Change this topic? Gue yang tanya duluan ya, Li."

"Pastinya seru dong ya, ketemu musuh. Berdua lagi."

"Li, stop it."

"Apalagi Bang Liam dengan mudah ngasih waktu untuk kalian berdua."

"Tulip..."

"Aku tunggu pajak jadian dari kalian!" Serunya

Valerie mendesah pasrah, "Dan gue tau apa yang terjadi antara lo dan Xaverio. Let me know. Kenapa? Ada apa? Xaverio tutup mulut soal ini. Dia nggak cerita apapun juga. Biasanya kalau ada masalah dia selalu bilang."

"Nothing."

"Li, apa karena gue?"

Tulip kaget mendengarnya, lalu ia memegang kedua tangan Valerie menampakkan senyum tulus di wajahnya.

"Aku dan kamu memiliki tempat di hati Xaverio. Aku nggak akan pernah lakuin hal norak, menyuruh dia memilih antara aku dan kamu." Jelasnya, "Aku sudah paham sebelum kita dekat, Mica. Kamu sangat berarti dan berharga untuk mereka, untuk aku, apalagi untuk Auris."

Valerie diam, harusnya ketika Xaverio sudah menjatuhkan hati kepada seseorang. Ia harus mengurangi porsir perhatiannya pada Valerie. Sebagai wanita juga, ia dapat merasakan rasa api cemburu saat melihat sang pujaan hati lebih memilih memprioritaskan.

"Jangan pernah merasa bersalah. Aku nggak terganggu atau merasa tersaingi."

"Kenapa?"

Tulip mencolek hidung Valerie, "Pesona sepupu aku lebih kuat daripada sepupumu. Itu menjadi bukti kalau Xaverio bukan tipekal kamu. Bahkan Om Sam akan menentang jika kalian bersama dalam ikatan."

"Kenapa nyambung ke dia? Kita bahas masalah lo dan Xaverio."

"Karena antara aku dan Xaverio nggak ada masalah apapun." Tegas Tulip menatap serius ke Valerie, "Yang jadi masalah utama pagi ini adalah how's feel?"

Hendak menjawab injakkan kaki buru-buru datang, spontan kedua kepala menatap ke arah jam dua. Di sana Auris sudah mendekat. Valerie harus mengakhiri topik kali ini.

"Pup gue nggak keluar-keluar!" Kesel Auris duduk kembali di kursi, "Ntar, antar beli Vegeta herbal ya."

Tulip terkekeh, "Minum yang banyak." Dia memberikan botol minumnya. Dengan senang hati Auris menerima.

"Pastinya tadi ada topik yang dibahas." Setelah meminum air, Auris menatap Valerie dan Tulip bergantian. "Tentang apa?"

"Nggak ada yang diomongin, kita cuma menghabiskan bekal sehat lo." Jawab Valerie menunjuk salad yang telah ludes.

Tulip berdehem, ia menatap Valerie menahan tawanya. Valerie melotot ke arahnya.

Auris berdecak, "Kuping gue panas, pasti gue diomongin!"

"Iya, gue ngomongin lo! Kenapa lo hidup, kenapa lo masih jomblo, dan kenapa lo susah banget dibilangin."

"Punya cermin?"

Valerie dongkol, "BAJINGANNN!"

"Hey! Ucapan!" Kata Tulip.

🍒🍒🍒🍒🍒

Albar tertawa terbahak-bahak melihat Kresna dongkol. Setan, Taksa! Yang nggak bisa filter omongan! Kresna menatap datar, seraya memainkan ponselnya.

"Sudah ketebak, Kresna, modelan begini ujungnya bakal menjilat air ludah sendiri."

Kresna diam.

"Akhirnya setelah lama sendirian, dengan hari-hari membosankan. Sekarang Raja Badak bercula satu menemukan tambatan hatinya." Lanjut Taksa.

"Ngejilat air ludah emang enak, Kresna. Apalagi kalau jatuhnya ke musuh sendiri. Valerie! bayangin! Tubuh dia mantap jiwa!" Seru Albar semangat. "Lu nggak akan rugi dapetin dia!"

Kresna membetulkan ucapan Albar. Tubuhnya memang ideal, apalagi bibir ranumnya. Ah shit! Otak Albar menebar virus kotor untuknya!

"Banyak yang ngantri dapetin Valerie selama ini. Cuma semakin itu pula Valerie nge-push out orang-orang."

"Ada satu orang yang dapat naklukkan dia." Albar menatap Kresna, "Musuh bubuyutannya."

Kresna mendelik tajam, ia enggan menjawab atau semakin ikut campur masalah seperti ini. Lidahnya tiba-tiba kelu untuk protes.

Taksa menepuk bahu, "Ditunggu bucinnya, Kresna."

"Biadab!"

Mereka tertawa lepas melihat Kresna seperti kepiting rebus.

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang