90. BARCELONA

1.1K 122 73
                                    


Hari ini adalah hari yang paling mereka hindari. Kepergian Kresna begitu berat. Seluruh keluarga Gibson pun dengan lugas mengatakan jika mereka akan menatap di sana. Sekalian Zeroun melanjutkan Study S1, Felicite diasah ballerina, serta kesembuhan untuk Kaki kanan Kresna.

Mulai dari bangun pagi, Valerie memanjakan Kresna seperti bayi baru lahi. Menyuapinya, membantu menyiapkan pakaian yang akan Kresna pakai, serta mengecup sesekali saat Kresna lengah.

"Kamu di sini baik-baik. Jangan lupa jaga kesehatan. Kalau ada apa-apa minta ke mereka." Kresna menatap Taksa, Albar, dan Xaverio yang tengah sibuk membawa barang-barangnya keluar Kamar.

Valerie mengangguk, "Kabarin juga kalau ada apa-apa di sana."

"Iya, Sayang."

Valerie dibantu Zeroun untuk membantu Kresna duduk di kursi roda. Mendorong menuju lantai bawah. Zeroun sendari tadi mengintil kemana Valerie pergi.

Valerie berhenti ketika sampai ruang tengah. Menarik rem kursi roda agar tidak tergelincir. Tubuhnya ia putar empat puluh lima derajat. Menatap Zeroun yang tengah menatap lesu.

"Hug me for say see you again."

Zeroun cemberut, ia segera menarik Valerie ke dalam pelukannya. Ia memang sudah dekat sekali dengan Valerie. Entahlah, ia slalu merasa seperti anak kecil jika di samping Valerie.

"Jangan lupa pulang, Ze." Valerie mengelus rambut belakang Zeroun. "Jagain Abang lo. Kasih tau apa yang terjadi di sana. KarenA gue yakin Kresna bakal susah diandalkan." bisik Valerie sepelan mungkin.

"Tenang, semua aman." Zeroun semakin mengeratkan pelukannya.

"Sampai sekarang aja gue nggak tau kondisi Kresna bagaimana sebenarnya."

"Nanti Taksa yang bakal kasih tau."

Valerie diam. Ia lebih baik memeluk Zeroun. Mengecup sisi rambut Zeroun yang sudah ia anggap adik bontot setelah Auris.

Kresna tersenyum, ternyata memang ajaib. Valerie dapat merekrut hati batu Zwen, hati Felicite sekeras karang, serta Zeroun yang manjanya luar biasa.

"Kamu nggak mau meluk Kak Mica?" bisik Albar yang sedang menggandeng tangan Felicite, "Sendari tadi kamu diem mulu, Princess."

"Nanti."

Albar tersenyum ia mengelus rambut Felicite. Tak ada yang menampikkan jika Felicite sedang menahan sesuatu agar tidak membeludak.

Mereka mengantarkan mobil Gibson menuju Bandara. Tak ada yang melarang atau mungusik ketika Kresna menggenggam tangan Valerie semenjak duduk di jok kedua. Begitu pun sampai di Bandara ketika menunggu waktu penerbangan.

Mereka memberi ruang untuk dua Lovebirds. Valerie mengelus punggung tangan Kresna, menatap sisi samping lengannya yang berurat. Jari manis menelusuri urat-urat yang menonjol.

"Jangan membuka ruang untuk orang lain." jelas Kresna mengambil jari yang sedang berjalan di atas urat, "Tungguin aku."

"Aku udah ngomong berkali-kali. Sampai kapanpun aku bakal nungguin kamu, Tiger."

Kresna tersenyum lalu ia mendekatkan tubuhnya. Mengecup bibir Valerie cukup lama sebelum mengecup kedua pipi tirusnya.

"Hati-hati, kabarin kalau udah sampai di sana." Valerie mengelus rahang Kresna. Menatap dalam mata tegasnya dengan kehangatan yang terpancar.

Kresna mengangguk, lalu mengambil tangan Valerie yang mengelus rahangnya. Ia kecup berkali-kali juga, seolah menabung untuk hari selanjutnya.

"Kak Mica..."

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang