2. Belum Berhenti ✓

2.4K 151 6
                                    

Hari demi hari Valerie dilalui dengan banyak masalah. Mulai difitnah membawa uang kelas, diguyur Jus Mang Damar, terpleset karena minyak disebar di lantai Kantin, dihukum oleh BK karena tingkah nakalnya. Dan masih banyak lagi rentetan kejadian tak mengenakan pada Valerie.

Taksa dan Albar tidak bisa memberhentikan aksi bangsat sahabatnya. Mereka tahu, jika menargetkan korban, korban itu tidak akan dilepas begitu saja. Sampai ia bosan dan puas.

Tanpa Kresna sadari, hidupnya yang selalu menghindar Wanita. Kini ia dihadapkan Foxy Girl, Valerie. Hidupnya sudah tak tenang saat Valerie masuk ke dalam ranjau.

Tulip selalu sabar menghadapi Valerie yang tidak kapok-kapoknya. Sedangkan, Auris ia berlaga seperti ibu-ibu yang akan terus memberikan wejangan kepadanya. Disisi lain mereka iba, karena Valerie setiap saat slalu apes.

Dan Valerie sendiri, hanya bisa tertawa sinis ketika semua itu menimpa dirinya. Valerie tidak ada rasa takut oleh tekanan sana sini.

🍒🍒🍒🍒

Albar tertawa puas ketika melihat Kresna yang sekarang menjadi bulan-bulanan mereka. Taksa dan Albar satu pemikiran jika suatu saat nanti mereka akan melihat Kresna dan Valerie berubah menjadi kucing manis.

"Seumur hidup gue! Gue enggak akan jatuh kepelukan dia, bangsat!"

"Tapi jatuhnya ke kenikmatan dia bagaimana?"

Kresna menjambak rambut Taksa kasar, "Anjing! Lo semua nggak guna!"

Dan tawa kembali menggema di pojok IPS 3, jam kosong dimanfaat mereka untuk diam saja di kelas. Namun teriakan dari pintu membuat mereka berhenti. Yang berada di kelas menatap bu Vina berdiri di ambang pintu.

"Kresna! Menghadap ibu, sekarang!"

Taksa dan Albar menggelengkan kepala. Memang paling brutal diantara mereka, tentunya Kresna.

Kresna bingung apa yang telah ia perbuat. Tanpa banyak protes karena merasa dirinya tidak melakukan apapun untuk hari ini. Kresna mengekori bu Vina, satu tangan dimasukkan ke saku celana.

Di balik tembok Ruang Konseling, suara tawa puas terdengar setelah melihat Kresna masuk ruangan itu. Senyumnya mengembang penuh kemenangan. Ia berjalan ke Kantin.

"Darimana? Dari tadi kita nunggu kamu, Val."

Valerie tersenyum seolah memberikan kode. Ia duduk di kursi samping Auris. "Jangan bilang lo buat ulah lagi, ya, gue udah pusing."

"Untuk sekarang Mica tidak membuat kesalahan lagi, Tulip, Auris."

"Alhamdulillah, Aku seneng dengarnya. Sering-sering kayak gini ya, adem lihatnya. Senyum tiap hari, kamu cantik kalau senyum." Tulip senyum bahagia.

Auris menatap selidik ke arahnya. Ia tidak percaya.

"Nggak boleh suudzon kayak gitu, Aul. Kita harus senang kalau Valerie udah mau berubah."

"Cihh!" Auris memutar bola matanya, "Apa yang lo lakuin, Val?"

Dengan senyuman merekah, ia menopang dagu. "Aku bantu kerjaanya bu Vina. Memberikan bukti kalau kemarin di taman sekolah Kresna merokok."

Mereka berdua menganga. Tidak tau lagi harus bereaksi seperti apa.

"Baik kan gue."

Auris menepuk jidatnya, "Tadi ada yang ngomong, cuma gue nggak tahu siapa orangnya."

"Aul, aku mau tarik ucapan aku tadi. Jika Valerie berubah manis. Aku tarik ucapan satu menit yang lalu."

"VALERIE!"

Valerie tersenyum mendengar suara itu. Auris dan Tulip memandang satu sama lain, mereka satu pemikiran, lalu mereka mengangguk menyetujuinya. Jika sebentar lagi Kantin akan menjadi saksi bisu drama dari Valerie dan Kresna.

BRAKK!

Kursi tergeletak di lantai. Valerie masih diam dengan senyum kemenangannya. Di belakang Kresna, Taksa dan Albar baru sampai. Albar menggerutu kesal, sedangkan Taksa mencoba untuk menenangkan emosi Kresna.

"Gue enggak bisa diemin jalang ini, anjing!" Kresna menangkis tangan Taksa yang dibahunya. "Nggak usah tahan gue buat engga berbuat sesuatu ke dia, Taksa!"

Taksa menghela nafas, "Semederka lo."

"Maksud lo ngasih video ke bu Vani apa?!" sentak Kresna berdiri di depan Valerie.

"Meringankan tugasnya bu Vani." Ia mendongak melihat Kresna bangga.

"Val."

Valerie menatap Tulip, "Li, jangan halangi gue untuk satu ini. Bajingan kayak dia pantas diperlakukan seperti ini."

Kresna mengepal kedua tangannya, emosinya sedang diujung tombak. "Valerie!"

"Ya, Kresna?"

Valerie bangkit, lalu mendekat ke arahnya. Kresna pun demikian. Kantin senyap hanya ingin mendengar dan melihat drama mereka.

"Tunggu pembalasan gue selanjutnya." Bisik Valerie.

Kresna mendekat sehingga bibirnya dekat dengan telinga Valerie, "Nggak akan ada yang bisa menang lawan gue. Gue tunggu."

Valerie terus natap Kresna, tanpa bicara dia membalikan badannya dan beranjak dari hadapannya. Kresna menyeringai saat tatapannya jatuh ke rok belakang Valerie.

"Noda merah di rok bagus juga."

Mereka menahan nafas melihat rok Valerie. Lingkaran berwarna merah sangat mencolok. Siaal! Roknya menjadi perhatian sekarang.

Kresna biadap!

Valerie berhenti, mengepal kedua tangannya di samping tubuh. Sial! Valerie dipermalukan secara tidak manusiawi. Martabat sebagai wanita turun. Dia enggan melihat rok laknat ini. Tulip maupun Auris dengan sigap berdiri di belakang Valerie.

"Kita pergi dari sini."

"Val, Ayo, sebelum lo semakin dipermalukan oleh Kresna."

Albar bersuara meledek, "Habis jatuh dimana si, Val?"

Kresna tertawa setan. Terlihat Valerie membalikan badannya. Ia mendorong tubuh kedua sahabatnya agar menyingkir. Tidak memperdulikan Auris yang membentaknya untuk berhenti.

Sampai di hadapan Kresna, tangan kanan Valerie melayang dengan keras di pipi Kresna. Menunjuk wajahnya serta menatap tajam. "Lo." Valeri mendorong tubuh Kresna, "Setan!'

Tidak ada yang bergerak. Kresna memang sering dihantam ataupun ditampar di depan umum. Namun jika posisinya yang menampar perempuan, ia serasa dijatuhkan harga dirinya.

"Valerie, aku bilang, kita pergi!" Tulip mencoba menarik tangan Valerie.

Valerie bergeming, begitupun dengan Kresna saling memancarkan kebencian lewat tatapan sinis mereka.

"Valerie!" sentak Auris tanpa menunggu lama. Ia menarik kasar tangan Valerie menjauh dari kerumuman kantin.

Sepeninggalan mereka, Kresna menendang meja sampai jatuh tergeletak. Tanpa mengucapkan sepatah kata, Kresna pergi.

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang