29. Langkah Terakhir ✓

2.5K 133 4
                                    


Taksa dan Albar sedang menikmati semilir angin dari jendela yang terbuka di Basecamp. Selagi menunggu pasangan yang belum keluar sama sendari tadi. Mereka tidak ingin tau apa yang terjadi di balik pintu itu.

Kresna mengecup bibir Valerie lama, seraya merapikan rambut sang kekasih. Setelah berpakaian rapi, Kresna mengajak Valerie untuk keluar kamar. Mereka mendekati Taksa dan Albar yang sedang merokok.

"Sepuluh menit lagi bel pulang. Kita nunggu di Parkiran." ajak Taksa menginjak putung rokoknya.

Albar menatap mereka dengan sengit, Kresna mengangkat alisnya. "Ah sudahlah! Pasti begituan!" sambung Albar keki.

"Ah anjing, diem lo, Al!"

Albar langsung kaget, "Ternyata pacar lo beneran titisan Iblis. Serem, anjing."

Kresna tertawa dia menarik tangan Valerie untuk pergi dari rooftop. Albar melet ke arah Valerie, sedangkan Valerie mengangkat jari tangan tepat di depan wajahnya.

Fix! Albar adalah virus yang harus dibasmi!

Menelusuri lorong kelas dua belas yang mulai ramai. Valerie sudah memberi perintah kepada kedua sahabatnya agar tas dibawa ke parkiran. Namun mereka tak kunjung membalas pesannya.

Di tangga menuju parkiran, terlihat Xaverio menyandar pada tiang tembok. Menatap sekilas ke arah Valerie. Tangannya membawa tas Valerie.

Pantesan kedua sahabatnya tidak membalas pesan apalagi membaca pesannya. Ternyata Xaverio telah membawa tasnya.

Kresna tersenyum ke arah Valerie, mereka berjalan mendekati Xaverio.

"Gue duluan ya." Kata Albar menepuk bahu Kresna dan disusul oleh Taksa.

Xaverio menatap genggaman tangan mereka saat mereka tiba di samping tubuhnya. "Pulang." Dia menarik paksa Valerie menuju mobilnya.

"Xav..."

"Dengerin gue, Val! Kita pulang!"

Kresna menyusul, "Nggak usah kasar! Kalau lo emosi, ke gue. Nggak usah ke Valerie." Sentaknya menyentakkan tangan mereka, "Lo cemburu gue sama Valerie?!"

Valerie siaga berada di tengah mereka. Xaverio melundah ke samping, "Cemburu? Sama lo?! Buat apa?! Gue cuma nggak percaya sama lo!"

"Harusnya lo sadar, dengan sikap lo gini. Ada hati yang patah, Xaverio! Prioritas lo bukan Valerie lagi saat lo sudah memutuskan langkah itu!"

"Maksud lo apa?!"

"Xav... Kresna... Udah ya, jangan berantem." Pinta Valerie menatap mereka bergantian. "Dengan cara gini, masalah nggak akan selesai, malah numpuk rasa benci di hati kalian."

"Dah, terlanjur." kesal Xaverio mundur satu langkah.

Kresna mengatur nafasnya, "Pulang sama dia aja. Sampai rumah kabarin gue."

Valerie hanya diam, mengangguk patuh. Xaverio lebih dahulu masuk mobil dengan pintu ditutup keras.

Selama di jalan tidak ada yang ingin memulai topik. Valerie sibuk memikirkan bagaimana ia harus meyakinkan Xaverio, sedangkan Xaverio terlalu malas dengan semua yang telah terjadi.

Sampai rumah pun mereka tetap dalam keadaan diam. Valerie menatap Xaverio, seraya melapas seatbelt, "Trust me. Nggak akan terjadi apa-apa."

Dia diam.

Valerie mengecup pipi Xaverio, "Xav ada di hidup Mica selama tujuh belas tahun. Mana mungkin Mica ngegantiin posisi Xav. Xav sama dia memiliki tempat masing-masing."

Tetap diam.

"Take care, ya. Mica masuk dulu."

Tak ada balasan apapun. Setelah Valerie keluar dari mobil, mobilnya langsung melaju meninggalkan perkarangan rumah.

Valerie tau mengapa Xaverio begitu keras dan nentang siapapun yang dekat dengannya. Apalagi sekarang orang yang menjadi pilihannya adalah salah satu orang yang diblacklist dalam hidup Xaverio.

🍒🍒🍒🍒🍒

Hampir seminggu, Xaverio enggan untuk berbicara dengannya. Valerie sudah berusaha semaksimal mungkin. Membawakan kue coklat kesukaanya, menunggu Xaverio futsal, sampai Liza—Mamanya Xaverio- ikut membantu meyakinkan Xaverio.

Namun, hasilnya, Nol.

Valerie frustasi, langkah terakhir agar hubungan dengan Kresna berjalan mulus adalah mendapatkan izin dari sepupu sekaligus kaki tangan Papanya. Karena Samudra tentu sudah memberikan lampu hijau apalagi abangnya.

"Nggak harus minta izin Xaverio juga kan?"

Valerie langsung menatap tajam Taksa. "Maksudnya Xaverio cuma sepupu, Val. Nggak seharusnya dia ikut campur dalam kehidupan lo." sambung Taksa menekan kata sepupu.

Valerie kembali diam, di taman sekolah hanya mereka bertiga, Kresna, Taksa, dan dirinya. Mereka berkumpul sedang menghindar Albar yang heboh sejak pagi.

"Mau gimanapun dia sepupunya, Sa." ucap Kresna mengingatkan.

"Iya, emang, dia sepupunya. Cuma alasan yang nggak logis kalau dia larang lo sampai ke ranah pribadi. Bokap sama Abang lo juga setuju kan?"

"Susah dijelasinnya, Sa. Rumit."

Taksa berdehem, "Harusnya dia tau batasan. Mana perhatian buat lo sebagai sepupu atau sebagai ceweknya."

"Maksudnya?!"

"Mungkin nggak mungkin aja, dia naksir lo."

Kresna mendesah pasrah mendengar ucapan Taksa. Valerie kembali murung, dia diam memikirkan omongan Taksa.

"Val, lo nggak mikirin perasaan Tulip? Lo nggak lihat Tulip sering terabaikan oleh Xaverio karena masalah ini? Val, forget about him. Xaverio nggak semestinya keras kayak gini."

Valerie mengangguk, "Harusnya gue sadar dengan cara gini Xaverio semakin membuat torehan luka di hati Tulip."

"Tulip bakal paham kalau misalnya dia tau alasan dibalik semua ini, Val. Jangan dipikirkan terlalu keras." pinta Kresna menggenggam tangan Valerie lembut.

"Hello! What's up?! Albar is back!"

Tanpa menoleh ke arah sumber suara. Mereka pasti tau, siapa dalang keributan yang menganggu waktu hening mereka.

"Gue cari-cari lo semua. Taunya disini." keluh Albar menatap mereka satu persatu. "Kenapa muka kalian pada kusam sih? Wah wah wah! Pasti skincarenya nggak cocok ya?!"

"Mulai promosi klinik emaknya." bisik Taksa pelan.

"Betul, Taksa! Seratus persen! Karena nyokap gue buka klinik kecantikan! Maka kalian gue kasih diskon lima puluh per—"

"Dah, gue ke kelas!"

"Titip Albar, Sa. Gue anter Valerie."

Taksa menyumpahi Lovebird agar putus. Terimakasih, Kresna, Valerie telah meninggalkan dirinya dengan manusia Purba.

Albar menatap Taksa tersenyum kemenangan, "Jad—"

Sebelum mendengar ucapan Albar, Taksa telah pergi meninggalkannya.

"Woy bangsat! Gue promosi belum selsei!"

"ANJING LO SEMUA! GUE MAU KASIH DISKON GEDE-GEDEAN WOY! BANGSAT!"

"BALIK LO KE NERAKA AJA!"

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang