62. You've Done!

1.4K 150 42
                                    


Valerie tidak peduli akan ancaman yang dilontarkan Tulip. Ia yakin, Tulip tidak memiliki nyali untuk melakukannya.

"Kalau lo ngomong apa yang lo rasakan. Kejadian ini nggak akan terjadi. Lo memendam semuanya. Lo salah langkah, Tulip. Dengan kayak gini lo akan menyesal."

"Menyesal?" Tulip menyeringai ia melipat kedua tangannya di bawah. "Mustahil kalau gue punya perasaan kayak gitu. Sekarang gue bahagia, sebentar lagi lo nggak akan pernah muncul dihadapan semua orang, terutama keluarga tercinta lo."

"Lakuin."

Tulip langsung terdiam, ia menatap Valerie tanpa ekspresi.

"Lakuin. Gue ingin lihat seberapa besar nyali lo buat nyelakai gue." tantang Valerie, "Di hati lo paling kecil, ada keraguan. Mata lo nunjukin semuanya. Gue tau lo, Tulip."

"Nggak usah sok tau, Bitch!" bentak Tulip nendang barang rongsokan yang di dekat tubuhnya. "Lo harus mati!"

"Rasa sakit lo yang merubah ini semuanya."

Mereka turun dari kendaraannya masing-masing seraya membawa alat tempur. Kresna melepaskan jaket kulit, menyimpan di atas jok motor. Pandangannya beralih pada Albar yang sedang menggenggam Auris.

"Suruh dia nunggu di mobil." perintah Kresna. "Kita kesini bukan mau ngedate. Jangan jadi beban."

Albar seketika menatap Auris, yang dikatakan Kresna ada benarnya juga.

Auris menggeleng, "Gue bawa tongkat baseball, gue bisa jaga diri. Gue nggak akan gentar lawan para tarantula di dalam sana."

Albar terkekeh, ia mengusap rambut Auris. Seolah memberi isyarat, jika kekasihnya memang tak akan kalah.

Kresna dan Auris saling natap. Karena tidak ingin berdebat dan membuang waktu dengan percuma. Kresna mengangguk. Kresna percaya, Auris bisa nempatin omongannya. Auris dan Valerie memiliki satu kesamaan, semakin dilarang, semakin berontak.

"Berpencar semua. Kita kepung tempat ini." Kresna maju terlebih dahulu, disusul Liam dan Taksa.

Albar menahan tangan Auris, "Jangan buat aku khawatir. Stay sama aku terus."

Auris mengecup bibir Albar, "Trust me."

Dan benar saja ketika mereka memasuki ke dalam bangunan itu. Mereka mengasumsikan jika kawanan yang menghadang adalah Black Dragon.

Kresna menatap satu persatu dengan detail, yang terakhir tatapannya ia fokuskan ke arah Dimitri dengan senyuman yang misterius.

Dimitri terkekeh, ia berdiri di hadapan Black Dragon. "Nggak semudah membalikkan telapak tangan buat bawa Valerie pergi dari tempat ini."

"Nggak usah banyak bacot, Anjing!" sentak Liam mulai maju ke arah Dimitri.

Kresna segara menarik Liam untuk berdiri di sampingnya, "Calm down, Li. Kita harus main bersih. Jangan sampai pikiran lo kececoh."

"Gue nggak bisa diem!" tegas Liam menyentakan tangannya, "Adik gue mana?!"

Dimitri terkekeh, "Ruangan itu." ia menunjuk pintu yang paling ujung. "Sebelum lo bisa jalan ke sana. Lo harus lawan kita."

Terjadi pertempuran antara Taquille dan Black Dragon. Kresna membabi buta, mendorong siapapun yang menghadang dirinya. Agar ia dapat menemukan Valerie terlebih dahulu.

"Ciaaaaaaaat!" Auris teriak memutar badannya seraya memukul siapapun yang mendekat ke arahnya. Kaki jenjang Auris ia gunakan untuk menendang kejantanan para Tarantula.

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang