4. Jalang teriak jalang ✓

2.4K 148 4
                                    

Koridor menjadi saksi bisu antara Valerie dan Danish saling memaki satu sama lain. Valerie tidak mengerti, mengapa Danish tiba-tiba menyerangnya.

"Habisin, Nish! Kuman kayak dia harus musnah di Skyhigh ini!" Tutur Tessa -Salah satu dayang yang berada di sisi kiri Valerie-

Valerie dikepung tiga orang dengan dandanan seperti jablay di Simpang Lima.

"Maksud lo apa, anjing?!" Bentak Valerie berontak ingin pergi dari kepungan.

Danish berdecak, dia menyengkram kuat rambutnya ke belakang. Valerie meringgis namun tidak memperlihatkan dia takut.

Karena apa? Di depan musuh tidak boleh memperlihatkan kita takut.

"Pelacur!" Tegas Danish semakin menghimpit tubuhnya supaya Valerie mentok di tembok. "Tukang cari perhatian! Jauh-jauh lo dari Kresna!"

"Dan jauh-jauh dari Xaverio!" Lanjut Tessa injek kaki Valerie.

Valerie tertawa sinis, dia menatap Tessa dan Danish bergantian dengan bola matanya. "Semua cowok pasti bakal ngejauh sama cewek modelan jablay kayak kalian!"

"LO?!" Danish semakin brutal dia kembali nyengkram rambutnya hingga kepalanya terdongkak ke atas.

"Nggak usah sok cantik! Nggak usah sok paling tenar disini! Nggak usah sok paling bener!" Sentak Valerie tangannya yang bebas menyengkram payudara Danish. "PELACUR KOK NGATAIN PELACUR!"

Semua kaget melihat tingkat Valerie. Koridor menjadi ajang sirkus di siang bolong. Danish memekik keras karena sakit. Dengan sigap Valerie mendorong tubuh Danish keras, sampai terjatuh ke lantai.

DAKKK! Kepala Danish terbentur lantai.

"Danish!" Dayang-dayangnya mendekat. "Dann... Dann..." Dena mencoba membangunkan Danish.

Valerie berdecih, dia menatap Danish sinis. Danish memejamkan matanya.

"Tanggung jawab, bangsat!" Ucap Tessa.

Valerie diem, dia mulai takut. Dia mendekat ke arah Danish yang tergeletak. Dengan kakinya ia menendang kecil badan Valerie.

"Nggak ada sopan santun banget jadi orang! Pake tangan bukan kaki!" Sentak Dena menepis kaki Valerie.

"Najis harus sopan santun sama lo pada!"

"BAWA BRANKAR!"

Koridor semakin ricuh, salah satu murid berlari UKS untuk mengambil brankar. Danish tidak bangun-bangun, Valerie dibuat panik. Karena tekanan sana sini.

"Semua gara-gara lo ya!" Sentak Tessa natap Valerie tajam.

"Kalo dia nggak berurusan dengan gue. Dia ga akan kayak gini!"

"MINGGIR SEMUA!"

Suara itu menginstrupsikan murid Skyhigh memberi jalan. Suara Xaverio mampu membuat semua patuh akan perintahnya.

Xaverio menatap Danish, lalu ke Valerie. ia menghela nafas gusar.

Saat Brankar sudah tiba, Xaverio membantu menggendong tubuh Danish. Valerie hanya diam menatap Danish, dia tak percaya jika Danish pingsan.

Dan benar saja, matanya berkedip pelan.

"Anjing!" Valerie mendekat ke brankar, "BANGUN TAI! BANGUN!"

"VALERIE!"

Valerie langsung diam, mendengar bentakan Xaverio.

"Bawa dia ke UKS!" suruhnya. Mereka berlalu, Tessa menatap penuh kemenangan ke arah Valerie.

"Kita ke BK sekarang." Xaverio memimpin jalan. Terpaksa Valerie mengikutinya.

"Xav, percaya sama gue. Dia nggak pingsan. Dia pura-pura doang. Mana mungkin dia pingsan keadaan mata kedip-kedip. Dia caper doang!"

Xaverio diam, tak menjawab.

"Xav, dia mulai duluan! Di saat gue mau nyusul ke kantin. Dia narik gue!"

Xaverio tetap diam.

"Abang, dengerin Mica nggak?"

Xaverio berhenti di depan ruang BK. Tanpa menatap atau menjawab, ia masuk terlebih dahulu.

Huft! Ruang BK lagi. Valerie dengan malas masuk ke ruangan itu.

Kejadian tadi memang tidak bisa ditolerin oleh Xaverio atau Guru BK. Meksipun Valerie menjelaskan dengan detaik. Tapi CCTV serta saksi mata yang membuatnya tidak kuat bukti.

Baik Danish maupun Valerie sama-sama bersalah.

"Harusnya kita nunggu dia, bukannya ninggalin. Kan jadinya gini."

Auris berdecak, "Dianya aja yang tolol! Nggak bisa tahan emosi."

"Kita nggak boleh judge dari video itu, Aul." Tulip menggenggam tangan Auris. "Video itu hanya bukti kecil saja. Kita harus denger penjelasan dari Valerie juga."

Auris hanya diam, dibalik itu ia mengkhawatirkan kondisi Valerie di dalam BK.

Mereka dengan segara menunda makannya hanya untuk menunggu Valerie di ruang BK.

Xaverio keluar terlebih dahulu, disusul Valerie membawa surat di tangan. Tatapan Valerie dingin.

"Gimana?" Tulip berdiri mendekat memegang bahu Valerie.

Valerie tidak menjawab, ia pergi meninggalkan mereka. Tulip hendak menyusul, namun Auris mencegahnya.

"Biarin dia tenangin diri dulu." Pintanya. Tulip mengangguk patuh, meksipun ia khawatir akan kondisinya, mereka menatap Xaverio. "Apa yang dikatakan BK?" Lanjut Auris.

"Di skors 3 hari. Gegara tuntutan keluarga Danish buat ngasih pelajaran yang setimpal."

"3 hari? Dia dapet skors lagi setelah kelas 11 kemarin." Ucap Tulip.

Xaverio mengangguk, "Ditambah dia juga kan sering tercatat dalam buku pelanggaran. Itu menjadi alasan kuat dia di skors."

"Terus dia pulang sama siapa?"

"Tenang, gue sudah telepon Liam buat jemput dia."

Mereka bernafas lega, setidaknya Valerie pulang tidak sendiri.



🍒🍒🍒🍒
aAheeeeyy yoooooo!
GIMANAAAA? SUKAA?!

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang