18. Minta izin ✓

2.9K 155 1
                                    


(King Payne on mulmed)

"Gue nggak yakin Papa izinin gue buat ikut kemah!"

Suara dari kamar Valerie menggema di ruangannya. Valerie sedang mencari strategi dan berdiskusi dengan dua sahabat jahanamnya melalui via free calls group.

"Coba nanti kamu minta Abang atau Xaverio buat ikut bantu kamu, Mica. Aku yakin Papa kamu bakal izinin kemah tahun ini."

"Yap! Benar! Lu harus yakinin Om Sam dengan seyakin-yakinnya. Gue nggak mau tau! Kemah kali ini lo harus ikut!"

Valerie mendengus, "Doain gue ya, mentemen! Mica ingin ikut kemah!"

"Mari kita berdoa."

"Menurut kepercayaan masing-masing."

Mereka bergumam berdoa.

"Aaamiinnnn!"

"Tapi kalau lo ikut kali ini, Doi nggak akan ikut kemah itu yang gue dengar di lambe turah Skyhigh."

Valerie menyeringat, mikir siapa yang dimaksud Auris.

"Oh iya, Kresna. Tadi pas aku ke rumah Bundanya cerita ke aku. Gara-gara berantem rebutan cewek dia jadi dikurung di kamar dengan tugas Sejarahnya!"

Valerie langsung tersendak, "Ya syukurlah, dia nggak ikut! Kalaupun ikut dia bakalan ganggu dan rusak mood gue disana!"

"Halaaah!" Auris menyangkal, "Lo tau nggak dengan cara lo nyamperin dia ke UKS tadi! Sudah membuktikan lo masuk ke dalam pesonanya!"

"Iya, heboh tau. Aku lihat-lihat di group angkatan. Valerie dan Kresna blablabla ada lagi Bagas sama Kresna rebutan kamu."

"Berisik, anjing! Kita bahas bagaimana caranya Bokap gue izinin kemah!"

"Tapi pembahasan antara kamu dan Kresna lebih penting!" Seru Tulip dengan lantang diikuti oleh tawa meledak Auris

Valerie mengatur nafasnya, "Oke, kalian mau dengar cerita selanjutnya apa?"

"MAUUUU!"

"Dengerin suara Kereta Api dulu yaa?"

"HAH?! KERETA API?! EMANG BISA?!"

"Bisalah! Apa sih yang enggak bisa buat kalian." Valerie menahan tawanya. "Mau nggak? Kalau nggak mau, gue bakal keep sendiri."

"Eeeeeh! Iyaaa kita maau!"

"Cepaaat, Mica!"

"Okee..." Mica langsung menatap layar ponselnya. "Satu... Dua... Tiga..."

Tuttttt.... Tuttttt.... Tuttt......

Valerie tertawa, ia mematikan sambungan telponnya. Rentetan spam pesan dari ke dua wanita ajaib itu. Umpatan dan sumpah serapah mereka lontarkan.

Kresna? Wa-wait?! Dia nggak ikut kemah tahun ini? So, karena perkelahian tadi siang di Sekolah?! Ah sudahlah, untuk apa memikirkan hal itu? Dia harus ikut tak peduli ada siapa dan dengan siapanya nanti!

Tapi ciuman itu masih membekas dipikirannya! Raut wajah Albar masih bersemayam dengan jelas! Astagaaa!

"PERGI!" kesalnya menepuk kepala berkali-kali, seraya berjalan keluar kamar mencari keberadaan Papa tersayangnya.

Kala menurun tangga senyumnya mengembang. Di ruang keluarga terdapat Samudra sedang memainkan laptop, disampingnya Liam sedang menonton acara talkshow.

Valerie mendekat, lalu memeluk tubuh Samudra dari belakang. Mengecup pipi serta bahu Papanya.

"Pasti ada mau, Pah." Celetuk Liam disusul kekehan Samudra.

Samudra mengelus lengan Valerie, "Kenapa, sayang?"

"Papa ganteng, Papa tampan yang paling tampan dari semua cowok di muka bumi ini! King Payne!" Puji Valerie dibuat manis, "Mica nggak pernah minta apapun ke Papa kan minggu ini?"

"Iya, minggu lalu Mica minta beli Kucing. Padahal tau Abang ini alergi bulu kucing."

Valerie cemberut menatap sengit ke arahnya, ia kembali mengecup pipi Samudra.

"So, Putri kesayangan Papa ingin apa?" Samudra melepaskan pelukannya dan membawa Valerie untuk duduk di antara mereka.

Valerie tersenyum semanis mungkin, mengeluarkan surat dengan logo Skyhigh di ujung kiri.

Samudra sudah mencium bau tak beres. Liam saja duduk sudah tegak. Menunggu Valerie melanjutkan permintaannya.

"Izinin Mica untuk kemah di Puncak"

Raut wajah Samudra berubah menyeramkan. Bahkan Liam saja tidak ingin ikut campur dulu.

"Kapan?"

"Sabtu sekarang, Pah."

"Lusa?"

"Iya, Pah." Valerie menunduk dia berdoa semoga Samudra mengizinkannya. "Mica dari kelas sepuluh nggak pernah ikut acara Kemah. Ini terakhir kemah di angkatan Mica."

"Kita bisa Kemah bertiga, bahkan kalau kamu mau ajak Xaverio, Auris, dan Tulip pun bisa."

"Kemah dengan teman-temen sekolah berbeda, Pah. Mica belum pernah ngerasain hal itu. Mica ingin rasakan bareng mereka, Pah."

Samudra diam, hanya membaca dengan seksama surat izin untuk orang tua.

Liam berdehem, menenangkan Valerie. "Apa yang diomongkan Mica ada benarnya, Pah. Kita nggak boleh terlalu ngekang, Mica. Semakin kita ngekang Mica, semakin itu pula Mica akan berontak."

Valerie tersenyum sambil berbisik mengatakan terimakasih dan bantu ia.

Liam mengecup rambut Valerie penuh sayang, lalu menatap Samudra yang tengah menatap mereka dengan datar.

"Papa nggak mau Mica kenapa-kenapa di sana. Papa takut biarin Mica di sana."

"Pah, dengan cara ini, Papa sama saja membatasi ruang gerak Mica. Papa nggak mau kan, Mica lakuin hal di belakang kita karena ia penasaran akan hal yang ditentang?"

Samudra dengan cepat menggeleng kepalanya.

"Nah, izinkan Mica ikut kemah. Abang yakin, Mica bisa jaga diri. Ada Xaverio yang jagain Mica di sana, bahkan Tulip sama Auris nggak akan pernah bairin Mica sendirian."

"Mica..." Samudra menatap Valerie serius dan dalam. Menyelipkan rambut ke belakang telinga Valerie. Samudra mengatur nafas sebelum melanjutkan bicaranya, "Mica ingin ikut ke acara kemah?"

"Ingin sekali, Pah."

"Ya sudah, Papa izinkan kamu ikut acara kemah."

Valerie berteriak senang, memeluk tubuh tegap Samudra dengan erat. Samudra mengelus punggungnya.

"Terimakasih, Papa! Terimakasih Abang!"

Valerie mengecup kedua pipi mereka bergantian. Valerie senang saat Samudra mentanda tangani suratnya.

Sempak Kuda💋💦🐷

Valerie:
(send a picture)

Auris:
LUARBIAZZAAAAAAH!

Tulip:
Gotcha!

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang