9. Hampir Mati ✓

2.6K 165 14
                                    


Valerie tidak memperdulikan berita tentang dirinya setelah Pensi kemarin membuat geger satu Sekolah. Ia hanya bingung tentang Xaverio yang masih marah dengannya.

Di dalam mobil menuju Sekolah, Xaverio mendiamkan, alasannya sangat tidak masuk akal. Xaverio murka saat mengetahui dirinya bersama Kresna.

Berbeda dengan kedua sahabatnya. Tulip hanya terkekeh mengejek, sedangkan Auris tanpa henti-hentinya mengolok.

"KECENTILAN!"

Here we go! Pagi ini disambut oleh teriakan Danish berserta antek-anteknya. Tubuh Valerie ditarik kasar menuju Gudang belakang Sekolah.

"Dari selesei pensi! Gue cari lo kemana-mana!" Ucap Danish menatap dengan kilatan emosi.

"Slalu mengandalkan mereka untuk melawan gue! Itu namanya pengecut!" Sentak Valerie berontak ketika ia diikat kuat bersama kursi. "Satu lawan 3 orang! Yang benar saja!"

Danish tertawa hambar, dia membanting pintu gudang keras. "Disini nggak akan ada yang nolongin lo! Pangeran lo sibuk ngurusin upacara! Antek-antek lo mana peduli!"

Valerie diam, tidak menjawab. Dia menatap Danish santai.

"Ah, satu lagi! Musuh tercinta lo mana mau tolongin cewek modelan kayak jablay!"

Valerie tertawa keras, "Apa? Jablay?! Nggak salah dengar?! Look at the mirror, bitch! Siapa yang jalang di sini mengemis meminta perhatian ke cowok yang enggan berbagi dunia sama lo!"

"Wah, Dan! Nantangin!" Seru Dena di samping tubuh Valerie.

"Oopss!" Kata Valerie, "Maaf, ya, bukan nantangin. Tapi faktanya begitu. Bahkan dia aja nggak peduli lo hidup!"

"ANJING!"

Danish segera menyiram tubuh Valerie dengan lima botol air berukuran satu koma lima liter yang telah dia disiapkan sebelumnya. Mereka seperti sudah menyusun strategi untuk ini.

Dilanjut Tessa menjatuhkan jus buah stroberi di atas kepalanya.

"TUNGGU PEMBALASAN GUE!"

Danish menyengkram rambut Valerie, sehingga wajah mereka saling berhadapan, "Gue tunggu. Seberapa hebatnya lo melawan gue!"

CUIH! Ludah campur jus buah mendarat di wajah Danish.

"AAAH! BERANI-BERANINYA SAMA GUE, PELACUR!"

PLAK! Danish menampar keras Valerie hingga ujung bibirnya mengeluarkan darah.

Tessa dan Dena shock, harusnya Danish tidak menggunakan kekerasan. Mereka siap melakukan apapun kecuali tindakan fisik seperti ini.

Valerie menjilat darah di ujung bibirnya, "Asin." Ia menelan darahnya sendiri.

Danish menggelengkan kepala tak percaya. Dia lalu menatap Tessa dan Dena bergantian. Mereka tiba-tiba merasa terancam oleh tingkah Valerie.

"Jatuhin semua meja! Biar dia terkurung disini! Dan nggak bisa keluar dari Gudang!"

Mereka diam.

"Lakuin!" Teriak Danish kesetanan. Dia ikut membantu menjatuhkan apapun yang bisa menghalangi Valerie.

"SEMUANYA BAJINGAN! NGGAK KETUA! NGGAK ANTEK-ANTEK! BAJINGAN LO PADA! LEPASIN GUE MONYET!" Valerie berontak sekuat tenaga agar tali yang mengikat tubuhnya lepas. Namun tali sangat kuat, sehingga menimbulkan luka gesekan tali dengan kulit putihnya.

Debu berhamburan ke udara membuat mereka terbatuk-batuk. Danish mendekat ke pintu, "Pergi sebelum ada orang yang lihat kita!"

Valerie ditinggalkan dengan kondisi terbatuk-batuk. Dads Valerie terasa sesak, nafasnya tersenggal-senggal. Son of the bitch! Valerie memiliki asma akut.

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang