33. Tiga Tahun Itu

1.9K 126 2
                                    


Kresna duduk di meja makan yang telah disediakan untuk menyantap jajanan stan disini. Melihat Valerie yang berbelanja makan malam untuk mereka.

Tak lama Albar menyusul duduk di depan Kresna. Disusul oleh Taksa yang telah membawa nampan makanan.

"Queen Payne mana?"

"Noh." Kresna menunjuk pake dagu, mereka menatap Valerie yang mendekat ke arah mereka.

"Sorry lama. Tadi ngantri disana." Kata Valerie duduk samping Kresna memberikan makan malamnya.

Kresna mengangguk sambil mengeluas rambut Valerie. Mereka menikmati makan malam, Albar penguat cerita malam ini. Tidak ada yang tidak ketawa jika Albar sudah mengeluarkan jokes nya.

Kresna menyimpan satu tangan di paha Valerie membuatnya tersentak kaget. Ia menatap Kresna penuh tanya, tanpa suara Kresna menggerakan mulutnya.

"Terimakasih."

Valerie tersenyum, mengelus tangan Kresna yang berada di pahanya.

"Wah, kebetulan ketemu disini."

Mereka diam, serentak menatap ke arah jam dua.

"Ngapain lo kesini, Zeroun?"

Zeroun terkekeh, "Calm Down, Albar. Gue nggak akan mengganggu kalian. Cuma say hi aja."

"Cihh! Ada maksudnya kali?"

Valerie membeku melihat orang yang disamping Zeroun berdiri. Mereka saling tatap dengan penuh emosional. Mengapa harus bersama Zeroun?

"Hi, you oke?" Kresna menyadari perubahannya, menepuk pelan pahanya.

Tak ada jawaban, Kresna mengikuti tatapan Valerie ke arah cowok disamping Zeroun.

"Mica." Panggil cowok itu, "Apa kabar?"

Zeroun menyeringai melihat raut wajah Valerie. "Lo kenal dia?" Tanya Taksa menatap Valerie penuh selidik.

"Lo siapa?"

"Sheka. Sheka Zachewy Diaz."

Valerie bangkit, tetap menatap Sheka. Dan pergi meninggalkan, tak mempedulikan teriakan dari belakang.

"Valerie! We need to talk!" Teriak Sheka mengejar Valerie, ia berusaha menggapai tangannya namun di tolak.

"We dont talk anymore! Again! Go fucking away from me, Kha!"

Kresna ingin menyusul namun tertahan oleh ucapan Zeroun.

"Sheka masa lalu dia yang datang buat rebut dia menjadi miliknya lagi."

"Bajingan!"

"Mundur, Kresna. Harusnya lo sadar tatapan Valerie sendari tadi berubah sewaktu Sheka datang."

Taksa menepuk bahu Kresna, "Susulin. Kita nggak tau apa yang terjadi sama Valerie sekarang. Persetan dengan omongan si Bangsat ini. Bawa Valerie, Kresna."

"Ya, biar kita yang urus kuman satu ini."

Kresna mengangguk, dia berlari ke arah Valerie pergi. Saat sampai di parkiran agak sepi, terlihat Sheka dan Valerie disana.

"Cukup, Sheka! Lo nggak bisa seenaknya datang, minta maaf dan lupain semua yang telah terjadi! Sheka, tiga tahun lalu adalah hal yang paling gue sesali!"

"Val, beri gue kesempatan satu kali lagi."

"Gue selalu ngasih kesempatan, tapi lo buang gitu saja! Dan sekarang! Lo ngemis buat gue balik lagi sama lo? Sinting, goblok!"

"Karena dia?"

Valerie mengepal kedua tangannya, "Ya! Karena dia yang bisa yakinin gue buat buka lembaran baru! Kemana aja lo selama ini?! Kemana disaat gue minta penjelasan lo malah pergi!"

"Gue minta maaf, Val. Gue minta ampun, selama ini gue selalu dihantui rasa bersalah." Tak sangka Sheka berlutut di hadapan Valerie, menundukan kepalanya.

"Bangun!"

"Nggak! Sebelum lo maafin gue atas kesalahan gue yang fatal itu."

"Sheka nggak lucu! Bangun lo, malu, Kha!"

"Nggak, Valerie!"

Terpaksa Valerie menarik kerah bajunya untuk bangkit. Valerie menatap Sheka tajam, "Dengerin gue baik-baik, gue nggak akan pernah balik lagi sama lo! Tapi gue udah maafin lo sebelum lo minta maaf kayak gini."

Sheka diam, menatap Valerie seperti tatapan memuja yang tak pernah ia hilangkan.

"Gue nggak bisa nerima cowok yang nggak bisa kontrol emosi sampai berani main fisik."

Sheka langsung meluk Valerie, terdengar suara tangisan tanpa suara di telinga Valerie.

Apa?! Sheka nangis?!

Valerie membeku, tanganya kaku untuk membalas pelukan Sheka. Tapi akhirnya, ia hanya menyimpan kedua tangannya di sisi tubuh.

"Gue minta maaf. Sebesar-besarnya, Valerie."

"Lepasin, Sheka!!"

Sheka menulikan pendengar, ia semakin erat memeluk tubuh Valerie. Valerie mulai takut dan tak nyaman, Valerie segara berontak. Mencoba mendorong tubuh Sheka, namun tak sekuat Sheka.

"Lepasin dia, Anjing!" Sheka ditarik dari belakan. Kresna tanpa segan memukul keras wajahnya, "Buat lo yang sudah nyentuh pacar gue!"

"Bangsat!" Rintih Sheka terpental jatuh ke belakang.

Kresna segara menindih tubuhnya. "Kedua, lo nggak akan bisa dapetin dia lagi, anjing!" BUG!

"Dia pasti milik gue lagi!"

Terjadi perkelahian, Kresna maupun Sheka saling memukul satu sama lain. Valerie mencoba menarik tubuh Kresna.

Banyak orang datang setelah Valerie berteriak minta tolong. Mereka berusaha memisahkan Kresna dan Sheka sekuat tenaga.

Valerie berdiri di depan Kresna saat kedua tangannya ditahan oleh beberapa orang, "Sudah ya, tenang. Kita pulang." Tatapan lembut Valerie membuatnya mengatur nafas.

"Bawa balik, Kresna. Nanti kita nyusul, Val." Perintah Taksa memberikan barang-baramg mereka yang tertinggal di meja tadi.

Kresna menyentak kasar tangannya, dia segara membawa Valerie ke belakang tubuhnya. Menunjuk wajah Sheka tajam, "Kita belum selesai!"

Meninggalkan tempat festival musik dengan amarah yang memuncak. Sendari tadi di dalam mobil, Valerie mengelus genggaman mereka yang tak pernah terlepas.

Arah rumah Valerie terlewati, enggan untuk bertanya. Valerie hanya diam. Begitupun dengan arah rumah Kresna, harusnya belok ke perumahan Elit. Mobil Kresna melaju lurus.

"Im here." Bisik Valerie tenang.

🍑🍑🍑🍑🍑

WADUH! MANTAN VALERIE DATANG NIH! SIAP SIAP YAAAA!

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang