38. Planning

2.2K 124 10
                                    


Sewaktu pulang pun Valerie lebih banyak diam. Kresna sesekali menatap Valerie, ia juga bingung mengapa pujaan hatinya murung.

Di dalam mobil, Valerie hanta menatap jendela. Menatap jalanan siang hari yang padat akan kendaraan. Tangan Kresna jatuh di atas pahanya. Mengelus pelan, agar Valerie kembali semangat.

"Mau makan?"

"Terserah."

"Dimana?"

"Terserah."

Kresna menghela nafas, slalu jawaban seperti itu. Kresna membelokkan mobil ke jalanan yang lebih sepi. Ia harus menyelesaikan saat ini juga.

Kresna terus memberhentikan mobil di sebuah lapangan kosong dengan sisi samping bangunan tak berpenghuni.

"Valerie."

Valerie bergumam, dia semakin merapatkan ke jendela.

"Kenapa? Gue ada salah sama lo? Atau ada masalah tadi sewaktu ujian?"

"Nggak ada."

"Emang benar ya, cewek kalo lagi marah semua jawaban bisa rancu dan nggak berpatok pada satu arti."

Tak ada jawaban.

Kresna melepaskan seatbelt, ia memeluk erat tubuh Valerie dari belakang. Mengecup pelan bahunya.

"Nggak biasanya kamu diam seperti ini, Valerie. Let me know, what happened to you? Dengan diam seperti ini aku nggak akan ngerti dan tau apa yang terjadi."

"Nggak usah dipikirin. Pulang aja."

Kresna semakin mempererat pelukannya, seraya membuka seatbelt Valerie.

"Lepasin."

"Nggak."

"Lepasin nggak?!'

"Nggak akan." Tegas Kresna menatap Valerie lembut. Valerie hanya diam, dia tetap membelakangi Kresna saja. "Loot at me, darling."

"Hmm.."

"Look at me, Valerie."

Dengan malas ia memutar tubuhnya menghadap Kresna. Tatapannya seolah bertanya, 'apa?'

"Ada yang salah?"

Valerie diam. Dia menunduk.

Kresna tersenyum, dia mengecup rambut Valerie penuh sayang, "Coba keluarkan dengan perlahan. Aku mau dengar, Sayang."

Valerie masuk ke dalam pelukan Kresna, memeluk erat. Menyembunyikan kepalanya di Dada bidang Kresna.

"Aku cuma minta satu keinginan."

"Akan aku kabulkan."

"Kabar."

Kresna menyeringat, ia menatap Valerie. Mencoba melepaskan pelukan, namun Valerie semakin mempererat. Valerie tak ingin memperlihatkan wajah malunya.

"Aku ingin kabar dari kamu, Kresna. Bisa?"

"Akan aku jawab setelah kamu menatap aku."

"Aku malu."

Kresna terkekeh, "Nggak akan, sayang. Ngobrol tuh harus liat lawan bicaranya."

"Oke." Valerie dengan perlahan melepaskan pelukannya. Kresna menangkup kedua pipi Valerie, dielus penuh sayang. Manik mata Valerie dengan gemas menatap mata coklat legam Kresna.

Kresna mengecup kedua mata Valerie, salah satu bagian tubuh Valerie yang sangat ia kagumi.

"Maaf soal tadi. Nggak ngasih kabar kamu, aku nitip amanat ke Tulip sama Auris yang kebetulan ketemu di tangga. Ditambah ponsel aku memang mati sendari tadi."

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang