86. Two Things

897 118 120
                                    


Hari Pertama Ujian.

Valerie tersenyum ia tak akan lama lagi mengakhiri Masa Putih Abu-abu. Pensilnya ia gerakkan ke kening, ditepuk-tepuk seraya memikirkan jawaban nomor dua puluh satu.

Tak hanya Valerie saja yang kelimpungan mengerjakan soal Matematika di hari pertama ini. Hampir sembilan puluh persen siswa Skyhigh merasakan.

Berbeda dengan Kresna yang mengisi ujian di Kamar Rawat. Diawasi langsung oleh salah satu Guru Skyhigh. Zwen dan Naura menunggu di luar. Membiarkan Kresna berkonsentrasi terhadap Ujian akhir.

Ruangan 021, Zeroun duduk di belakang Albar. Jika Ujian seperti ini mereka akan akur dan berbagi tugas. Soal akan dibagi dua antara ganjil dan genap. Mereka harus memilih antar keduanya.

Di dua puluh menit terakhir mereka akan mencatat dalam kertas untuk ditukar tanpa diketahui oleh pengawas.

Taksa seorang diri di Ruangan 026, tak banyak gerak, tatapan fokus pada soal Matematika di layar komputer, Sedangkan tangannya menyoret-nyoret kontretan di kertas buram.

Itulah kegiatan mereka saat Ujian di depan mata.

Suara bel penanda akhir Ujian berbunyi. Banyak pekikkan tertahan karena mereka belum selesai menyelesaikan.

"Cap cip cip daun kuncup huruf mana yang bener."

Albar menggeleng mendengar ritual Zeroun. Namun ia juga mengikutinya.

"Albar ganteng satu dua tiga nomor mana yang paling mantap." jari Albar pun berpindah-pindah, "Mantap. B!"

"Waktu telah habis!"

"Bentaaaaar!"

Valerie dengan keyakinan pada Tuhan. Ia menekan kolom jawaban asal-asalan. Hanya sepuluh soal lagi yang ia tembak asal.

Auris memukul keningnya, "Tiga lagi, Bu! Tunggu!" Ia menginjakkan kaki buru-buru, "Yayyy! I'm done!"

"Gila! Kelar juga!"

Pintu terbuka, Guru pengawasan mulai keluar dari Ruang Ujian membawa hasil jawaban para Siswa.

Auris berjalan cepat dari arah kiri mendekati Valerie yang tengah menunggunya. Auris segara merangkul pinggang Valerie, "Gimana Ujiannya?"

"Pecah, Anjing! Mumet!" Valerie mengacak-acak rambut secara berantakan.

"Emang edan Matematika. Mana di Hari pertama."

"Girls!"

Kepala mereka serempak menoleh ke arah kanan, Xaverio, Taksa, Albar, dan Zeroun berjalan beriringan. Bak Prajurit yang akan menjemput Ratu Kerajaan.

Zeroun langsung memisahkan Auris dan Valerie. Ia berdiri di tengah-tengah mereka seraya dirangkul kedua bahunya. Sontak mereka merangkul Zeroun, Auris bagian bahu dan Valerie bagian pinggangnya.

"Langsung ke Rumah Sakit?" tanya Taksa melemparkan Kunci ke atas, "Kalau mau ke sana kita beli Makanan dulu." Ia menerima kuncinya di telapak tangan.

Xaverio menggeleng, "Gue ada urusan. Gue nanti nyusul deh kalo urusan selesai."

"Urusan apa?"

"Papa nyuruh aku ke Kantor dia dulu, Sweety." Xaverio mengelus rambut Valerie, "Sa, jagain Valerie."

"Slalu ke Taksa. Kenapa nggak ke gue aja?"

"Gue nggak percaya sama lo, Ze."

"Astagaaaa! Mulutnya belum di baptis!"

Taksa tertawa, ia menepuk rambut Zeroun memberikan ketabahan dan kesabaran.

Setelah Xaverio pamit terlebih dahulu, teriakan dari belakang Mereka menyeruakan untuk berpaling.

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang