57. Fakta Selanjutnya

1.5K 110 10
                                    


Tulip tentu saja mengerti mengapa Valerie enggan melihat dirinya, bahkan bertanya seperti biasa. Tulip memiliki alasan mengapa ia tidak menceritakan semuanya.

Kepalanya ingin pecah, jika berhadapan dengan Valerie yang marah seperti ini. Susah untuk dikendalikan. Tipekal Valerie.

Kringgggg!

Bel istirahat ke dua berbunyi. Auris nampak bahagia memasukan buku ke bawah meja. Menepuk meja seraya melihat ke dua sahabatnya bergantian.

"Ayo! Kantin!" Ajak Auris, "Dah, lama kita nggak ngantin bareng."

"Gue skip."

Tulip dan Auris menatap Valerie. Auris manyun, ia mendekatkan tubuhnya pada Valerie, "Lo kenapa? Tumbenan nggak mood gini. Pasti gegara Kresna nggak Sekolah?" Godanya.

Valerie berdecih sinis.

"Mica..." Panggil Tulip lembut, "Istirahat pertama kamu nggak makan, kita sekarang ke Kantin. Kamu kalau telat makan, Asam Lambung kamu kambuh."

"Bener banget kata Tulip, Val. Gue nggak mau dibantai sama algojo lo."

"Basi! Nggak usah bertingkah seolah semuanya nggak terjadi, Tulip!" Sentak Valerie gebrak meja.

Auris melotot, bahkan beberapa pasang mata yang masih berada kelas menatap ke arah mereka.

"Kita bisa bicarin ini semua. Tapi sekarang, kamu harus isi perut dulu." Tulip nampak khawatir.

"Setelah lo sembunyiin semuanya, lo masih bisa peduli kayak gini?"

Auris menatap Valerie, "Dia emang selalu peduli 'kan sama kita."

"Nggak usah belain dia, Auris."

"Aku punya alasan, kenapa aku nggak nyeritain semuanya."

Valerie bangkit mendekat ke Tulip, "Dengan lo nutupin semua gini. Bagusnya buat persahabatan kita apa?! Rasanya gue kayak dikhianatin, Tulip! Lo tau semuanya! Lo tau dimana letak masalahnya! Dan lo nutup mulut! Seenggaknya ngomong meskipun nggak begitu detail!"

"Ini ada apa? Kenapa lo marah sama Tulip?"

"Tanya sama teman polos lo!" Valerie nunjuk Tulip tepat di dadanya, "Untuk pertama kalinya di dalam hidup gue. Gue kecewa sama lo, Lip. Gue yang kebingungan kenapa Kresna bisa gini, lo dengan muka polos seolah nggak tau apa-apa."

"Val..."

"Lo munafik, Anjing!" Bentak Valerie dorong dada Tulip dengan telunjuknya.

"Aku minta maaf."

"Maaf buat apa?! Semuanya terlambat, Tulip! Gue udah tau semuanya!"

Auris narik Valerie menjauh dari Tulip, "Ohh... jadi, ini semua gegara Kresna?! Lo mempermasalahkan dia? Hidup lo sekarang Kresna, Kresna, dan Kresna!" Ucap Auris.

Yang Auris bulatkan adalah Valerie buta akan cinta, hingga ia lepas kendali ke Tulip. Meskipun ia tak tau akar masalahnya seperti apa.

"Lo nggak usah ikut campur! Nggak usah sok tau, Auris!" Valerie menyentakan tangannya.

"Di saat lo sibuk mikirin Kresna yang notabennya masih status Pacar. Lo lupa, Tulip juga sibuk bagaimana caranya bilang kalau selama ini Xaverio nyakitin hati dia!"

"Aul!"

Valerie menatap Tulip dan Auris bergantian. Fakta apa lagi selanjutnya yang ia belum ketahui.

"Jangan buta cinta, Valerie! Sahabat sendiri lo bahkan nggak peka ada apa selama ini!" Lanjut Auris, "Gue muak sama lo! Muak karena lo slalu memprioritaskan Kresna, ketimbang kita!"

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang