85. Just Planning

976 121 82
                                    


Xaverio mengucak rambut Valerie dengan gemas. Duduk di karpet berbulu bersama tumpukan latihan soal untuk ujian lusa depan. Xaverio akan menjadi Guru Private adik sepupunya ketika Ujian-ujian sekolah telah datang.

"Aku maunya Biologi. Tapi kemarin nggak ada temen. Tulip ambil paket C 'kan, terus Aul juga masuk Kimia bareng kamu. Kalau Fisika mana mau aku. Puyeng!"

"Kenapa nggak Biologi malah maksa masuk Kimia, Sweety?"

Valerie cemberut ia menatap coretan hitungan Molekul, "Kesian kamunya. Nanti double buat bantu aku. Kalau aku masuk Kimia, bisa bareng kamu. Biar kamu nggak cape."

"Mica..." Xaverio mengecup sisi rambut Valerie, "Padahal aku bisa bangeeet bantu kamu di Biologi. Jadi, kamu nggak kayak mempertahankan nyawa gini." Ucapnya terkekeh

Kepala Valerie diletakkan di dada bidang Xaverio, "Tanggung. Habisnya Aul juga bilang Kimia lebih gampang daripada Biologi. Hitungan nggak terlalu ribet, apalagi teorinya tinggal tau dasar. Biologi banyak teori."

"Semuanya sama nggak ada yang ribet."

"Ya, buat kapasitas Otak kamu semua sama. Berbeda sama Otak aku!"

Xaverio memeluk Valerie. Membiarkan Valerie mengeluarkan keluh kesahnya akibat ia tertekan dengan Kimia.

"Dan masalahnya aku nggak tau dasar sama sekali! Mau Biologi! Mau Kimia! Apalagi Fisika! Astaga! Kenapa Otakku nggak sejalan Abang, kamu, atau Papa"

Valerie slalu mengagumi ketiga otak pria lelaki tangguhnya. Otak ia terlalu padat sedikit lembek itu alasan dibalik semua mata pelajaran masuk ke Telinga kanan keluar Telinga kiri.

"Pelan-pelan, Mica."

"Kalau kamu dibuat stress, apa yang kita latih nggak akan membekas, Sweety." Xaverio mengelus rambut bun berantakan Valerie, "Pertama, kita mulai dari dasar. Kita juga nggak akan bahas semua materi. Aku udah prediksi dari ujian-ujian tahun kemarin. Dan udah aku buat kerangka materi apa aja yang bakal muncul nanti."

"Kedua, kita harus tenang. Kamu cape, kita bisa istirahat. Jangan terlalu memporsir buat tetap jalan."

"Dan terakhir, percaya. Kamu percaya sama diri kamu sendiri kalau kamu bisa kalahin mereka." Tatapan Xaverio menunjuk ke latihan soal Kimia, "Aku bantu sampai kamu bisa."

Valerie melting sembari menatap Xaverio. Memeluk erat tubuh tegapnya. Dengan Xaverio berkali-kali mengecup rambut penuh sayang.

Mau bagaimanapun, Valerie akan tetap anak kecil baginya. Meskipun Valerie bertumbuh dewasa, sebagai seorang Kakak akan tetap memperlakukan seorang Adik bak umur lima tahun.

Liam tidak ingin mengganggu waktu belajar mereka. Hanya datang memberikan makanan mengganjal perut.

"Semangat, Sayang." Liam mengecup kedua pipi Valerie, "Kalau ada apa-apa Abang di kamar. King Payne bakal telat pulang, dia rapat penting dulu."

"Abang nggak ikut rapat?"

"Nggak, Papa nyuruh Abang pulang aja nemenin kamu. Abang juga selama kamu Ujian nggak akan terlalu dilibatkan di Perusahaan."

Valerie mengembang senyum manisnya. Sembari mengerjakan tesis, Liam memang sudah ditunjuk langsung oleh Samudra untuk membantu Perusahaan yang ada di Indonesia.

Xaverio kembali memberi tau jalan praktis untuk menghitung atau menyereratakan larutan. Valerie mengikut rules nomor dua. Ia harus tenang, enjoy, dan percaya.

Berbeda di Rumah Sakit.

Trio wek-wek sedang menunggu Kresna selesai melakukan terapinya. Taksa sendari diam memantau Kresna dari tempat duduk. Berbeda dengan Zeroun dan Albar yang sibuk memainkan game. Taksa harus duduk diantara mereka jika tidak ingin ada baku hantam.

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang