34. Tell The Truth

2.7K 131 5
                                    


Tak ada yang tak bisa dilakukan oleh Zeroun. Hanya satu jentikan saja, Zeroun akan mendapatkan apa yang ia inginkan.

Terimakasih, acara Kemah. Karena acara itu, ia dapat bertemu secara langsung dengan Valerie. Tak lupa ia berterimakasih, kepada Dimitri hanya dengan sebotol Wine ia membeberkan tentang Valerie.

"Sheka mantan sekaligus pacar pertama Valerie."

"Kok lo bisa tau? Sheka lulusan Nexus tahun lalu kan?"

"Ya, dia abang gue, Ze."

Hari itu dia semakin tau Valerie siapa, keluarganya bagaimana, serta kedekatan dengan Kresna. Dengan membawa Valerie dalam masalahnya, mungkin saja ia akan menang dari Kresna.

Well, siap-siap fight for fight!

🍒🍒🍒🍒🍒

Pikiran Valerie bercabang saat Kresna membawanya ke sebuah Apartemen. Ia tak melepaskan genggaman mereka.

Valerie asumsikan jika tempat ini, milik pribadi sang kekasih. Nuasana Putih, Abu-abu, dan hitam mendominasinya.

Ia pikir Apartemen Kresna akan berserakan, namun ekspetasi itu terhapus. Ia tersenyum melihat ruangan yang apik dan bersih.

"Aku ambil P3K dulu ya. Kamu duduk." Valerie mendudukkan Kresna di Sofa menghadap ke TV besar.

"Di lemari dekat kulkas."

Valeris mengangguk, mengecup rambut Kresna. Dia berjalan mengambil P3K, lalu kembali duduk disamping Kresna.

Dengan telaten ia mengobati luka di wajah lebam sang kekasih. Kresna tetap dingin, tak menatapnya.

"Sheka mantan aku. Kita sudah berakhir tiga tahun lalu, Kresna. Dan nggak mungkin untuk bersama. Kresna ada hal yang membuat aku benci sikapnya."

Kresna diam, tak percaya jika Valerie akan menjelaskan apa yang terjadi antara dirinya dengan cowok tidak jelas itu.

"Seperti kamu berhak tau masa lalu aku, Kresna." Ucapnya seraya menatap Kresna dalam, "Aku harap kamu nerima masa laluku."

"Tell me."

"Kita hubungan setelah aku mau masuk kelas sepuluh. Aku di Skyhigh, dia di NexusHigh. Kita beda satu tahun, dia lebih tua dari aku. Singkat cerita, awal pacaran ya normal seperti pasangan yang sedang dimabuk asmara. Cuma tiga bulan menuju hari jadi kita satu tahun. Semua berubah."

"Akh, pelan-pelan." Kresna merintih ketika Valerie menekan pelan luka ujung bibirnya.

Valerie terkekeh. "Selama tiga bulan itu, aku mendapat kekerasan yang nggak pernah terbayangkan. Dibentak didepan teman-temannya, ditampar, dipukul, dan yang paling sering kena putung rokok."

Kresna menggeram, ia benci jika Valerie mendapat kekerasan seperti ini. Valerie menyimpan alat P3K di atas meja. Menggenggam kedua tangan Kresna dalam satu genggaman.

"Aku diam saja pada saat itu. Enggan berbagi cerita pada siapapun. Bahkan pada Tulip atau Auris. Mereka mengira aku dan dia baik-baik aja nggak ada masalah apapun."

Kresna menatap Valerie, "Karena ini mereka begitu posesif dan overprotektif?"

"Iya, Kresna." Jawab Valerie, "Tapi ujungnya mereka mengetahui saat melihat luka bakar karena aku disiram kopi panas di bagian tangan. Disini mereka membabi buta. Aku nggak bisa nyegah mereka. Dan akhirnya kamu tau sendiri."

"Actually, mereka semakin menjaga kamu, Val. Pantesan Xaverio sangat selektif memilih pasangan untuk kamu. Papa kamu begitu keras memberi aku lampu hijau. Dan tatapan sinis dari Liam dari awal bertemu."

Valerie tersenyum, dia mengecup tangan Kresna, "Hal kuat yang aku nggak akan balik lagi sama dia adalah kamu."

"Aku?"

"Kamu pilihan aku, sedangkan dia masalalu yang aku sesali. Aku sudah memaafkan dia, namun waktu yang harusnya dihabiskan dengan kebahagiaan malah tergantikan oleh penyiksaan."

Kresna mengecup bibir Valerie lembut, "Aku selalu tahan akan hal ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kresna mengecup bibir Valerie lembut, "Aku selalu tahan akan hal ini. Sewaktu pertama kali bertemu Liam, Liam memang sudah memberitahu, dilanjut saat kamu dengan Xaverio membahas hal ini. Aku semakin yakin, ada sesuatu yang terjadi sebelum aku menjadi pacar kamu."

"Sekarang sudah mengerti dan nerima apa yang terjadi dahulu?"

"Tentu saja." Kresna menggiring Valerie duduk dipangkuannya. Memeluk pinggang Valerie dengan lembut. "Aku akan gantikan waktu itu dengan kebahagiaan. Jika kamu nggak bahagia, bicara padaku. Akan aku rubah cara serta jalan untuk membahagiakan kamu."

Valerie terharu mendengar ucapan Kresna. Deep.

"Jangan pernah untuk mencari kebahagiaan kepada orang lain. Aku akan berusaha."

"Terimakasih, sayang."

Kresna membeku mendengar panggilan itu. "Lagi."

"Apa?"

"Tadi."

"Yang mana?"

"Panggilan terakhir."

Valerie terkekeh, ia menangkup wajah Kresna, "Sayang... Sayang... Sayang..."

Kresna langsung mencium bibir Valerie rakus, ada gelanyar aneh ketika sang kekasih memanggil dengan panggilan sayang seperti tadi. Shit! Kejantanannya menegang lagi!

Valerie membalas setiap decapan bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Valerie membalas setiap decapan bibirnya. Mengelus serta menjambak rambut Kresna dalam waktu bergantian.

"Kita akan saling membahagiakan satu sama lain, Kresna. Dengan caraku dan caramu. Kamu juga tidak akan bisa keluar dari hidup aku."

"I'm in love with you, Valerie."

Valerie tersenyum dia mengecup bibir sebelum ia menjawab, "And all these little things."

Mereka kembali melumat satu sama lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka kembali melumat satu sama lain. Melupakan jika Kresna ada luka di ujung bibirnya. Meskipun kasar, tapi Valerie tetap berhati-hati agar tidak membuat lukanya semakin parah.

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang